Tidak terasa, libur dua minggu sudah berlalu begitu saja. Meninggalkan berbagai rutinitas, drama, serta kemalasan yang kerap menggelayuti saat berada di rumah tercinta.
Dan kini, petualangan baru dimulai. Dari pelajaran yang semakin banyak, les dari pihak sekolah, les pribadi, belum lagi jika ada tugas dengan deadline yang mepet-mepet. Sungguh, hal tersebut akan menjadi makanan sehari-hari yang membuat waktu tidur tersita semakin banyak.
Namun, hal itu cuma terjadi sekali, dengan momen yang sulit dilupakan.
Di mana lagi kalau bukan ....
DI KELAS DUA BELAS!
Welcome!
"Rezek Pranata dan teman sebangkunya duduk di bangku paling depan, depan meja guru. Biar nggak bisa tidur lagi, kalian."
Sorakan diiringi semburan tawa mengiringi langkah dua cowok pemilik rambut cepak, yang tengah cengar-cengir untuk duduk di bangku yang Pak Dodot sebutkan.
Bukan tanpa alasan, Pak Dodot, alias wali kelas 12 IPA 2 menentukan tempat duduk bagi anak muridnya, itu karena beliau sudah hafal dengan kebiasaan masing-masing dari mereka. Karena itu juga, beliau berinisiatif mengubah tempat duduk dengan tujuan mengubah kebiasaan jelek mereka. Semoga berhasil, ya, Pak.
"Tama sama Zefran juga di depan biar kalian nggak berisik mulu. Sini, duduk di seberang Rezek." Pak Dodot menepuk meja di seberang meja Rezek.
"Ish, si Bapak. Gara-gara Zefran, tuh, saya jadi berisik. Ngomong sama dia emang harus berisik soalnya, Pak."
"Ah, alasan aja, kamu. Udah, duduk, diem. Jangan sampe saya bawain lakban buat nutup bibir kamu."
Gelak tawa sontak memenuhi ruangan. Pak Dodot memang berbakat dalam hal celetukan.
Satu persatu bangku yang tadi masih kosong kini mulai berpenghuni. Wajah-wajah yang tadi murung karena mendapat bangku tidak sesuai pun tampak mulai berbinar karena ternyata tempat duduk itu berseberangan dengan orang-orang yang dekat dengan mereka. Begitu juga sebaliknya. Dan kedua opsi itu, ada di diri Ita dan Athiya.
Ita yang senang karena duduk di belakang Tama, dan Athiya yang murung karena harus menghadapi drama dua sejoli itu setiap hari. Lebih murung lagi karena di depannya adalah bangku Zefran! Cowok ter-sarkas, ter-nyebelin, dan ter-cuek yang pernah Athiya kenal. Pembukaan momen yang sangat indah, bukan?
"Nah, semua udah dapet bangku, kan, sekarang? Jangan pada pindah posisi, loh, ya. Soalnya udah Bapak atur sesuai dengan kapasitas otak serta kebiasaan kalian."
"Siap, Pak!"
"Palingan kita pindah karena kepanasan aja, sih, Pak."
"Nah, nah! Apa lagi pake alasan, 'Nggak dapet kipas, Pak. Panas'. Halah ... kipas satu buat dua bangku kurang?"
"Kurang, Pak!"
"Bajindul."
Umpatan Pak Dodot disambut gelak tawa oleh seluruh muridnya. Membuat guru berkepala empat itu hanya bisa berkacak pinggang sembari menatap heran ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...