"Zef, makasih buat yang tadi."
Kalimat itu terdengar bersamaan dengan sepotong sandwich alpukat yang diletakkan di meja--yang kursinya si pemilik gunakan untuk merebahkan diri dengan ponsel miring serta telinga tersumpal earphone.
Dahi cowok itu mengernyit, membuat gadis yang memberi sandwich tadi seketika membenarkan letak kacamata bulatnya dengan pandangan mengedar--sedikit salah tingkah.
Untung Ita sama Tama udah keluar, batinnya saat melihat kelas hanya berisi orang-orang bodo amat yang suka sibuk sendiri seperti orang di hadapannya.
Zefran membangunkan diri. Dilihatnya roti isi alpukat beserta si pemberinya itu secara bergantian. Alisnya naik sebelah.
"Sebagai ucapan makasih buat yang tadi pagi," jawab Athiya, seolah mengerti dengan kebingungan cowok di hadapannya.
Oh ....
Kini Zefran yang terlihat salah tingkah mendengar kalimat itu. Dirinya benar-benar merutuki kejadian tadi pagi. Bisa-bisanya tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba dirinya menawari Athiya boncengan. Meminta izin langsung dengan bunda-nya, lagi.
Untung saja parkiran di sekolah ini berada di depan. Jam mereka saat melewati gerbang pun bisa dibilang di detik-detik penutupan. Jadi, hanya tinggal hitungan jari saja murid yang masih ada di parkiran. Aman.
"Ng-nggak usah." Zefran mengalihkan pandangan. "Gue udah kenyang," alibinya.
"Bohong. Tinggal makan aja nggk papa. Gue ikhlas, kok."
"Gue udah kenyang." Zefran masih kekeh dengan jawabannya.
"Ck!" Tanpa pikir dua kali, Athiya langsung menempatkan diri menjadi duduk di sebelah cowok itu. Kotak bekal yang sedari tadi ia pegang langsung dibuka dengan badan condong ke arah Zefran.
"Lo ngapain?" tanya Zefran panik. Dirinya kaget melihat Athiya yang tiba-tiba agresif.
"Nemenin lo." Athiya mengangkat sandwich di tangannya. "Ayo makan."
"Dibilang--"
"Udah, tinggal makan aja apa susahnya, sih, astaga!"
Berhasil! Zefran langsung kicep begitu mendengar gertakan Athiya. Keajaiban dunia cowok itu mau mengalah dengan wanita selain mamanya.
"Nah, enak, kan? Bunda yang bikinin tadi pagi," jelas Athiya saat melihat Zefran mulai menggigit roti isi alpukat itu.
Tidak ada percakapan. Keduanya sama-sama khidmat dengan makanan di tangan. Atau mungkin malah terlalu larut dengan pikiran masing-masing?
Seperti Athiya. Dalam diamnya, pikiran gadis itu melayang ke mana-mana. Berbagai pertanyaan bahkan mungkin sudah beranak pinak di sana. Terutama pertanyaan-pertanyaan tentang cowok di sebelahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...