Rasanya baru saja kemarin Athiya bimbingan dengan Bu Pur. Baru kemarin dirinya bimbang ingin masuk di jurusan apa dan di universitas mana. Dan tiba-tiba saja, hari ini sudah hari pengumuman.
Kalau waktu pengumuman siswa eligible disebut sebagai gerbang, maka pengumuman SNMPTN sekarang merupakan puncak dari segala perjuangan dari awal masuk ke SMA.
Kegelisahan benar-benar menyelimuti perempuan dengan rambut dikucir kuda. Rasa degdegan yang sedari kemarin dia rasakan terasa semakin menjadi-jadi hari ini. Bahkan dari semalam matanya tidak bisa dipejamkan.
"Jam nya kok lama banget, ya, Yah, Bund. Dada Aya udah mau meledak, nih, saking degdegannya."
"Sabar, Dek. Abang percaya kamu pasti lolos, kok."
Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak itu kini tengah bersama di ruang tengah. Dua laptop berbeda warna tampak menyala di hadapan mereka. Satu untuk membuka web LTMPT, satunya lagi untuk video call dengan Arzui--abang Athiya yang kini tengah kuliah S2 di London sana.
"Ayah sama Bunda juga percaya Bu Dokter pasti lolos di jalur ini, kok."
Bukannya tenang, Athiya malah semakin gelisan mendengar harapan itu. Lebih tepatnya, dirinya takut dengan ekspektasi yang mereka taruh. Athiya takut kalau hasilnya tidak seperti yang ia dan mereka harapkan.
"Kalo Aya nggak lolos gimana?"
"Nggak papa." Renata mengelus punggung Athiya. Senyum hangat terulas kala sang putri menoleh ke arahnya. "Nggak lolos di jalur ini bukan berarti perjuangan Aya selesai sampai di sini, kan?"
"Heem." Arkan menimpali. "Masih ada jalur SNMPTN, jalur mandiri, jalur prestasi. Banyak. Bu Dokter nggak usah khawatir."
"Yup, banyak jalan menuju Roma," celetuk Arzui, "mau nyusul Abang ke sini juga boleh, ya, kan, Yah?"
"Boleh, dong!" jawab Arkan semangat.
Hati Athiya menghangat. Seulas senyum terbit di bibir ranum itu. Keluarganya benar-benar support system terbaik dari segala support yang pernah ia dapat. Dirinya sangat bersyukur bisa hidup di antara keluarga kecil ini.
"Gimana? Udah agak tenangan?"
Athiya mengangguk.
"Intinya, kalau jalan yang satu ditutup, masih ada seribu jalan lain yang bisa kamu lewati supaya bisa sampai di tempat tujuan." Arkan berujar.
"Eh, udah mau jam tiga. Laptopnya kasih ke belakang kalian, Dek. Abang mau liat." Arzui yang sedari tadi mengamati jam di waktu Indonesia tampak sudah riweh dari sana. Buru-buru Athiya menyimpan laptop sesuai arahan sang abang.
Pukul 14.58.
Athiya memejamkan mata. Layar di hadapannya masih menampilkan hitungan mundur ke pukul 15. Hitungan itu benar-benar seolah bom waktu yang siap meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...