Hari ini tidak ada ulangan yang berarti di kelas 12 IPA 1. Hanya ada kuis, itu pun cuma tiga soal--usulan salah satu teman kelas yang ingin istirahat lebih awal.
Seperti biasa, pelajaran Kimia selalu bisa membuat sebagian penghuni kelasnya ngantuk. Entah karena apa. Namun, sepertinya pembahasan tentang zat, senyawa, larutan, sistem periodik, dan lain sebagainya memang mempunyai mantra untuk membuat si pembelajarnya ngantuk seketika.
Lihat saja, Tama--yang notabene duduk di paling depan, bahkan hampir berhadapan dengan meja guru, tetapi cowok itu malah dengan tidak tahu malunya menidurkan kepala di meja, dengan mata terpejam. Tanpa penutup, lagi. Hanya ada buku paket Kimia yang didirikan di depan kepalanya.
Hal itu tentu bukan hanya tidak luput dari pandangan Ita, tetapi juga pandangan Bu Retno--guru pengampu pelajaran Kimia.
"Tay, bangun! Itu diliatin Bu Retno, loh," bisik Ita sembari menggoyang-goyangkan bangku Tama, saat melihat Bu Retno berjalan ke belakang kelas. "Zef, bantu bangunin, dong. Lo jangan malah diem aja."
Zefran hanya melirik Tama yang wajahnya tepat menghadap ke dirinya, sekilas. Tampak tidak ada niatan sedikit pun untuk membangunkan cowok itu.
"Zef! Bantu bang--"
Tak!
Spidol hitam itu meluncur mulus di kepala Tama yang ada di meja. Berhasil membuat si pemiliknya langsung menegakkan badan.
"Woe, siapa, nih, yang ngelempar spidol ke kepala gue? Ngaku!" Tama berdiri dengan pandangan mengedar. Tangannya berkacak pinggang dengan kedua alis menukik.
"Saya, kenapa?"
Jantung Tama serasa berhenti begitu mendengar suara itu. Pandangan yang tadi tampak sebal kini berganti dengan delikan mata lebar. Mampus gue!
Perlahan, tubuh jangkung itu berbalik. Rupanya si pemilik sudah siap dengan cengiran yang mulai terpatri di bibir.
"Hehe, nggak papa, Bu." Tama nyengir. "Bu Retno hari ini cantik, deh. Aura mudanya itu menguar banget hari ini."
"Cantik? Aura muda?" Guru kepala tiga itu berkacak pinggang. "Makan, nih, aura muda!"
"Aaa! Ampun, Buuu!" Tama memegang telinganya yang ditarik paksa. "Nggak lagi-lagi, deh, ngantuk di pelajaran Ibu. Suer, nggak bohong! Janji!"
Berbeda dengan Tama yang tengah kesakitan, Satu kelas malah tampak menikmati pertunjukan gratis itu. Beberapa malah ada yang mengompori supaya Tama disuruh berdiri saja di depan kelas sampai bel istirahat kedua berbunyi. Benar-benar kampret teman-temannya ini.
Namun, di tengah riuhnya kelas serta belaan dari Ita supaya Bu Retno melepaskan jeweran itu, atensi Athiya tiba-tiba beralih ke satu cowok yang tampak diam saja sedari tadi. Diam yang terlihat berbeda dari biasanya.
Athiya mengernyit. Dirinya baru sadar, tangan cowok itu sedari tadi tidak lepas dari perut. Bahkan terlihat seperti tengah meremasnya beberapa kali. Ada apa dengan perut cowok itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
12/8 Month [END] ✔️
Teen Fiction"Tepat di kelas 12, selama 8 bulan ini, kita resmi saingan!" __________________ Bagi Athiya atau yang kerap disapa Aya, nilai itu segalanya. Lo bisa dihargai, karena nilai. Lo bisa dianggap pintar, karena nilai. Dan lo juga bisa dianggap berprestasi...