Prolog : Diam

638 72 22
                                    


Tidak jauh-jauh dari kasus pembulian berencana, Mika yang mulanya selalu berjaga agar tidak mendapat penyakit yang satu itu, kini justru dirinyalah yang menjadi sasaran empuk dari kakak tingkat gila hormat di kampusnya.

Salah paham yang belum juga dimengerti semua orang, semakin membuat Mika tebal muka. Terkecuali pada Lian, pahlawan yang datang untuk menyelamatkannya.

Sosok yang Mika kagumi, namun juga sosok yang membuat Mika dilema pada perasaannya sendiri. Ya, hanya Julian Narendra saja yang membuat Mikaila Hanggini serasa menjadi heroin sekaligus heroin yang gagal secara bersamaan.

Memang, sejatinya heroin itu perlu melewati semak belukar dahulu, bukan, untuk mendapatkan kemenangannya?

"Tugas gue itu jagain lo dan buat lo aman."

"Kenapa gitu? Udah ada kakak gue, dia juga udah cukup, kok."

Lian menghembuskan napasnya pelan, menatap Mika penuh pengertian. "Gak semua hal bisa Haikal tahu gimana keadaan lo, Mika."

"Kak Lian bicara seolah kakak terus ada sama gue. Yang padahal enggak sedekat itu, iya kan?"

"Kalaupun bisa, berarti gue tetep ikut jagain lo, kan?"

"Kak Lian... serius? 24/7 sama gue?"

"Bukan, itu karena lo adiknya Haikal. Gue jadi ngerasa harus ikut jagain juga."

"Ohh."

- Harapan terbesar Mikaila Hanggini di tahun pertamanya sebagai mahasiswa, yaitu membatasi dirinya sendiri dari lelaki bernama Julian Narendra.

I hope he's not to trying make me feel special for so long, long, long, long time. Cause erase my feels is to hard to do.

▪︎Mikaila Hanggini, 2018▪︎

.
.
.
.
.

Imchole

[A]. STEREO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang