12. Menetap atau Pergi?

88 24 10
                                    

..

cklek.

"Kak Bim, ayo buruan. Masih aja makan di sini."
Bima menoleh ke arah pintu, di sana ada Hardin dan juga Theo yang tengah menghampirinya. Menyuruhnya untuk segera pergi dari ruang BEM itu. Ya, Bima yang baru beberapa menit datang dari kantin tentu ingin menghabiskan makanan yang ia beli, tapi tiba-tiba Sean meneleponnya untuk segera datang ke rumah sakit bersama dengan Theo dan Hardin. Tapi selagi kedua lelaki itu belum menghampirinya, Bima berniat mengisi perutnya itu. Namun, baru beberapa suap, mereka datang dengan wajah kesal.

"Lagian lo berdua juga kenapa baru dateng? gue nunggunya sampe laper, nih."

Lelaki itu dengan pasrah merapikan kembali peralatan makannya. Meraih tas punggung dan menggendongnya, berjalan mendekati Theo dan Hardin untuk segera melihat Juna yang ada di rumah sakit.

"Ya udah sih, makan aja di mobil." Hardin juga menanggapinya dengan biasa. Lalu Theo menyahuti, "kak Sean udah ngasih tahu ruangannya kak Juna yang mana belum?"

Bima mengangguk, "udah kok, tadi udah chat gue."

Mereka berdua mengangguk sebelum benar-benar keluar ruangan itu. Dan tiba-tiba saja ada satu suara yang menghentikan langkah mereka. Seketika, ketiganya menoleh ke arah sumber suara. Di sana ada Hana, yang mendekat ke arah mereka dengan wajah penuh tanya.

"Tunggu!"

"Hmm, apa?" jawab Bima seadanya, jujur saja lelaki itu sedang malas berbicara dengan Hana. Tentu sejak gadis itu mengklaim bahwa Juna adalah pacarnya.

"Kalian mau kemana? gue tadi denger 'ruangannya Juna' maksudnya apa?"

Theo, Hardin, dan Bima saling pandang. Mereka tak yakin jika gadis ini akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Tapi sungguh, kali ini Hardin yang akan memboikotnya. "Bukan apa-apa. Dan lo gak perlu tahu kita mau kemana."

Theo tersenyum kecil. Sedangkan Bima hanya menaikkan kedua alisnya tanda bahwa ia setuju dengan itu. Namun, Hana tidak hanya sampai di sana, gadis itu menatap tak suka ke arah mereka. Kenapa ia diabaikan? dan tunggu, sikap Hardin tidak sopan padanya.

"Gue senior lo kalau lo lupa."

"Lagian kasih tahu aja sih, kalian mau kemana dan ada apa sama Juna. Kalian gak lupa kan, kalo gue ini pacarnya?"

Bima langsung menatap remeh ke arah Hana, tertawa culas sebelum menatap Hana datar. "Denger ya, Hana, Si paling ngebet buat jadi pacarnya Juna. Di sini lo cuma figuran, jangan seenaknya bicara sama kita. Lo itu bukan siapa-siapa di sini."

"Oh iya satu lagi, mungkin sebentar lagi gelar 'Miss Azalea' lo itu digantiin sama orang lain."

"So, lo jangan berharap banyak kalo kita sudi nerima lo."

Setelah itu Bima benar-benar mengajak Theo dan Hardin pergi dari sana. Hana mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tidak bisa direndahkan seperti ini. Dengan tergesa ia mengambil tasnya dan menyusul ketiga lelaki itu diam-diam. Membuntuti mereka dari jarak sedikit jauh. Hingga dimana mereka tiba di rumah sakit, Hana terkejut. Ia seketika berpikir, apa Juna sakit? tapi sakit apa? kemarin lelaki itu masih baik-baik saja.

Dan atas ketidaktahuan ketiga orang itu, Hana berhasil mengetahui bahwa Juna mengalami kecelakaan dan harus rawat inap. Tak luput dari itu, Renata sendiri bingung dan terkejut ketika Hana datang secara tiba-tiba dan mengaku bahwa ia adalah pacar putranya.

Begitu yang terjadi sesaat sebelum Hana memaksakan diri untuk menginap, gadis itu berkata bahwa ia ingin menemani Juna dan juga Renata sampai Juna dibolehkan pulang.

[A]. STEREO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang