21. Ternyata Beda

49 14 2
                                    


..

"Kan, apa gue bilang. Kak Juna tuh bersih orangnya."

"Keren juga, bisa langsung dapet bukti loh. BEM kita emang gak ada lawan, sih."

"Kasihan banget, kan, didrop out saat itu juga sama Bu Martha."

"Bodo amat lah."

"Mika keren tau, mana ikutan kelahi sama Selya lagi. Juna beruntung banget dapetin Mika."

"Menurut gue Nesa cuma suruhan gak, sih? Dan hati kecil gue berkata kalo dia suruhan mantan Miss Azalea itu."

Bisik-bisik masih terdengar menggema di penjuru lorong kampus. Banyak tanggapan mengenai kejadian hari lalu, saat Juna difitnah melakukan hal yang tidak senonoh. Namun, pada akhirnya mereka tahu siapa yang memang benar dan siapa yang membuat onar. Bahkan, tanpa dikatakan dengan jelas, beberapa dari mereka tahu jika gadis yang menjadi anggota BEM Cyber itu merupakan pelakunya.

Juna hanya menghela napasnya panjang setiap kali mendengar komentar-komentar tentang dirinya yang tidak jelas. Ia hanya berpikir, yang penting gue gak berbuat.

"Kak, rapat buat pencalonan BEM baru tahun ini jadinya dimana, ya?"

"Emangnya kita belum bahas itu?" tanya Juna seraya menoleh ke arah Dea– wakil sekertaris.

Karena melihat tatapan Juna yang terlihat lelah, Dea pun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tentu saja itu membuat Juna lagi-lagi menghela napasnya berat dan mengusap wajahnya setengah kasar. Tidak-tidak, ia tidak boleh seperti ini, ia harus fokus akan tanggung jawabnya sebagai ketua di sini. "Anggota inti ada jadwal gak habis ini? Kalo gak ada suruh kumpul nanti jam dua," putus Juna.

"Kalo itu gue gak tahu, sih, kak. Setahu gue cuma devisinya kak Bima, Leo, sama Kaila aja yang kosong. Tapi gue share di grup BEM juga habis ini."

Juna mengangguk dan kembali menatap layar laptopnya, tugasnya yang hampir selesai kini justru tertunda lagi, untungnya deadline masih jauh. Juna sedikit lega karena itu. "Eh, De," panggil Juna kemudian.

"Yap, kenapa, kak?" sahut Dea.

"Hana masuk?"

Dea terlihat sedang berpikir. Tapi kemudian gadis itu menggelengkan kepala. "Kayanya, sih, enggak. Kenapa, kak?" tanyanya kemudian. Juna hanya menjawabnya dengan gelengan pelan, "ya udah, makasih."

"Gue balik bentar ya, kak. Mau ambil map, nanti gue ke sini lagi jam dua." Dea berpamitan pada Juna sebelum meninggalkan ruangan BEM.

"Oke."

Juna lantas berpikir, ia juga sudah mematikan laptopnya saat ini. Beberapa hari terakhir, Hana tidak menampakkan diri di BEM atau di kelas. Gadis itu juga tidak menghubunginya seperti biasa– memberi laporan kegiatan BEM dan sebagainya. Seperti menghilang begitu saja. Juna tidak mempermasalahkan itu, justru ia baik-baik saja jika tidak ada Hana. Tapi Juna mengkhawatirkan satu hal, yaitu tugas-tugas terbengkalai yang Hana tinggalkan beberapa hari ini. Ia tidak mungkin memberikan semuanya pada Dea, atau pembantu umum. Sebab yang mengetahui rekapan sebelumnya masih berada pada Hana. Ingin menanyakannya pun Juna berpikir dua kali, ia tidak ingin Hana berbesar kepala karena dicari-cari olehnya. Ngerepotin aja.

[A]. STEREO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang