..
"Mika!"
Gadis Hanggini menoleh ke belakang, ternyata teman satu fakultasnya yang datang menghampirinya. Rautnya bertanya, "kenapa, Ze?"
"Gue lupa, lo bisa mintain tanda tangannya kak Juna gak? kata Pak Heru acara kita juga harus disetujuin sama ketua CU," tutur gadis bernama Nazea itu pada Mika sembari memberikan satu map berisi proposal yang harus ditandatangani oleh Juna.
Mika yang baru tahu hal ini cukup bingung karena setahunya, jika ada event dari satu fakultas, cukup dengan persetujuan ketua fakultas tersebut. Atau Cyber memang punya aturan baru yang memang Mika tidak tahu.
Tapi kenapa juga harus lewat dirinya?
"Kok gak langsung ke kak Lian? gue kan mau selesaiin projek gue juga."
Zea merasa canggung seketika. Ia juga berpikir seperti apa yang Mika katakan, tapi saat ini ia sedang tidak bisa. Ia sedang sedikit buru-buru untuk pergi menemui dosen pembimbing karena sedang dalam menyelesaikan program baru Cyber Art. "Maaf, Mik. Gue kali ini gak bisa nemuin kak Juna karena gue ikutan program Cyber Art. Gimana dong? maaf banget ya, Mika."
"Please..., tolong mintain, ya? lo kan deket banget sama kak Juna."
"Eh- emm, gak sedeket yang lo pikir juga, sih. Tapi yaudah deh, nanti gue kasih ke kak Lian," putus Mika pada akhirnya. Ia juga tidak mau jadi orang jahat yang tidak mau membantu orang lain, apalagi Zea itu teman SMP nya dulu.
Tentu saja Zea memekik senang sampai-sampai ia memeluk Mika sesaat sebelum langsung berpamitan. "Aaaa, makasih banyak, Mik. Ya ampun untungnya gue liat lo di sini. Thank's a lot, Mikailaaa."
Mika hanya tersenyum kecil dan membalas seadanya.
"Mik, gue cabut dulu, ya. Agak buru-buru soalnya."
Dan Zea pun benar-benar pergi meninggalkan Mika di depan gedung theater. Saat itu pula Mika mengingat kejadian hampir dua tahun lalu yang ia alami di sini. Dan saat itu juga Mika teringat bagaimana ia bisa jatuh cinta sebegitu dalamnya pada Julian Narendra, Si tampan dan baik hati, namun, tidak tahu apakah bisa dimiliki atau tidak.
"Udah lama juga, ya, ternyata. Jadi pengen ketemu kak Lian," monolog Mika, ia belum menyadari satu hal.
Namun, saat ia ingat tujuannya ia bergegas menuju ruang BEM. Siapa lagi yang ia temui jika bukan Juna. Lelaki yang akhir-akhir ini memang selalu ada di ruang anak BEM. Dengan perasaan senangnya Mika membawa proposal dari Zea ke tempat Juna berada. Padahal gadis itu tidak tahu saja bahwa ia melewatkan satu hal besar yang belum ia ketahui, lagi.
Gadis itu berpapasan dengan salah satu kakak tingkatnya di sana. Mereka berkenalan cukup baik, bahkan Mika menyukai orang itu dari atitudenya. Duh, kalo ketemu dia bawaannya insecure mulu.
"Eh, Mika. Mau cari siapa, Mik?"
"Kak Lian ada? mau minta tanda tangan buat event."
Orang itu mengangguk dan mempersilakan Mika masuk ke dalam ruangan itu. "Ada kok, baru makan. Masuk aja, Mik."
"Thank's ya, kak. Gue masuk dulu." Mika langsung masuk saat orang itu juga pergi dari hadapannya. Tak jarang ia berkunjung kemari jika perlu. Dan bertemu dengan Juna adalah bonus baginya. Mungkin ia harus berterima kasih pada Zea karena telah memberinya tugas berharga hari ini.
"Hai, Bim."
"Mik, cari pak ketua ya? tuh, masih makan."
"Hehe, tau aja, lo." Mika berlalu melewati Bima yang juga ada di sana. Selain itu ia hanya mengangguk dengan senyum kecil pada anggota lain. Karena mereka tidak dekat dan hanya sekadar kenal nama saja dengan Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Teen FictionApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...