..
"Nanti kita cetakin polaroid aja gimana? kemarin fotonya lucu-lucu tau."
"Emm, gakpapa sih. Lagian aku juga mau pasang satu di dompet aku."
"Ya udah nanti kita ke percetakannya agak malem aja, sekalian jajan hehe."
Sean lantas menepuk jidat pacarnya itu terang-terangan, "jajan terooos. Nanti kalo gendut marah-marah sendiri, dasar kamu."
Luna hanya menyengir tanpa dosa, baginya mengisi perut adalah hal yang paling utama dilakukan setelah pulang atau setelah beres mata kuliah. "Biarin ah, orang juga laper masa kamu tega biarin aku kelaperan. Tega kamu?"
"Enggak, Lunaaa. Gakpapa tau kamu gendut, lucu, bulet gitu." Sesekali Sean menyuap mie pangsit itu karena ia dan Luna sedang makan siang bersama. Luna hanya tertawa sebab ia mengakui bahwa Sean itu suka apa adanya, ia tak peduli Sean berkata apa– baginya lelaki itu ada bersamanya bukan karena tampilan luar saja.
"Bulet kaya apa?"
"Nanti kamu kaya bola, bola basket sekalian yang gede hahahaha...."
"Hahahaha kegedean itu, hahaha– uhuk uhuk!"
Luna tiba-tiba tersedak saat tertawa, Sean dengan cepat memberikan kekasihnya itu air minum. "Astaga, aku gak minta kok. Nih, minum dulu."
Luna menggeleng, ia bukannya tersedak karena tertawa dengan Sean, melainkan melihat apa yang ada di depan sana. Ia tidak salah melihat, kan? pandangannya juga masih bagus, ia tidak ada keluhan sakit mata atau minus. Tapi, apa benar ia melihat Juna bergandengan tangan dengan Mika saat datang ke area kantin?
Ini mimpi bukan, sih?
"Apa sih, Lun?"
"Itu, Se. Itu beneran Mika sama kak Juna gandengan gitu?"
Sean lantas menoleh ke belakang, dimana ia sendiri membelakangi arah pandang Luna. Dan ya, yang dikatakan Luna memang benar adanya. Ia lihat, Mika dan Juna tengah berbicara selagi mereka berjalan ke arah penjual sushi. Tampak asyik dengan dunia mereka, dan Sean tahu itu.
"Se..., kok diem aja? mereka udah baikan?"
"Baikan? udah pacaran malah," lelaki itu justru melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda. Yang tentu saja membuat Luna terbelalak tak percaya.
"Hah?! beneran?"
Sean hanya mengangguk, Luna beberapa kali mengamati Mika dan Juna yang masih menunggu makanan mereka siap. Memang terlihat lebih dekat dan lepas, tidak seperti saat terakhir kali Mika bercerita padanya tentang gadis itu dan Juna yang menjaga jarak.
Drastis, guys.
"Aku gak percaya loh, Se."
"Kenapa gak percaya? mereka udah official kok."
Luna masih saja terkejut walau memang ada kemungkinan Mika dan Juna berpacaran. Tapi, bukannya Hana adalah pacar Juna? kalau begitu, Luna akan menyimpulkan sedikit bahwa hubungan Juna dan Hana itu adalah tidak pasti. Atau ia akan bertanya pada Mika sendiri setelah ini.
Sedangkan yang dibicarakan pun sedang asyik menunggu pesanan mereka jadi. Dengan tanpa memperdulikan tatapan orang-orang pada mereka, yang terlihat aneh dan ada juga yang ikut senang karena akhirnya mereka lebih dekat. Oh, sepertinya memang banyak yang mendukung? hanya saja Mika yang selama ini kurang percaya diri.
"Habis ini mau pesen apa lagi?"
"Udah itu aja, lagian tadi masih kenyang habis makan kue sama Jenar. Kak Lian mau pesen lagi emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Teen FictionApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...