..
"Juna, menurut lo waktu pencalonan BEM akhir tahun nanti, bakal serame tahun ini gak, ya?"
Juna menoleh ke arah Hana sesaat, lalu kembali mengetik tugas mata kuliahnya lagi. "Gak tahu, bisa iya bisa enggak," jawab lelaki itu seadanya.
Melihat Juna yang sedari tadi hanya fokus mengerjakan tugas, membuat Hana sedikit bosan. Padahal Juna berkata padanya bahwa hari ini mereka akan mengerjakan tugas dengan santai saja. Tapi kenyataannya, lelaki yang menjabat sebagai ketua Cyber itu justru sibuk dengan tugasnya dan mengabaikan Hana.
Ya, Hana- teman kelas sekaligus teman masa SMA Juna, gadis itu juga yang sering ada di ruang BEM. Maklum saja, dia adalah gadis dengan gelar 'Miss Azalea' selama tiga tahun berturut-turut. Selain mengetuai devisi koordinator lapangan, gadis itu juga kerap dipuji karena pintar dan juga cantik. Tak heran jika banyak yang mengenal Hana.
Dan banyak juga laki-laki yang berharap menjadi Juna agar selalu bisa dekat dengan Hana. Tapi semua keirian itu tentu diabaikan oleh Juna, karena ia tahu betul bahwa akan terjadi berita simpang siur antara dirinya dan Hana jika ia menanggapi mereka.
"Juna, lo gak bosen ngerjain tugas mulu? katanya tadi mau santai aja, gimana, sih?"
Melihat ekspresi tidak mengenakkan dari Hana, lantas Juna menghela napas lelah. Kondisi hatinya sedang tidak menentu, ditambah tugas, dan juga Hana yang sedari tadi hanya mengerucutkan bibir. Juna ingin tidur saja rasanya.
"Han, tugas ini punya deadline lusa. Walaupun kita emang bisa santai karena lumayan gampang, bukan berarti gak dikerjain waktu luang, kan?"
Juna kembali menatap laptopnya. Sesekali menyeruput Americano dingin yang ia pesan tadi. Kembali mengabaikan Hana dengan jari-jari yang menekan tombol pada benda pipih itu.
"Lagian, bagian lo udah selesai, kan? kalo lo mau pulang duluan ya gakpapa." Juna menyambungnya kemudian.
Tentu hal itu membuat Hana kesal. Tapi tunggu, kenapa gadis itu harus kesal? memangnya dia siapa?
"Juna," panggil gadis itu.
"Hmm?" jawab lelaki itu tanpa menoleh ke arah Hana sama sekali.
Namun dengan percaya dirinya, gadis itu menduga satu hal yang sangat tepat. Dan tentunya membuat fokus Juna menjadi terbelah. Atensinya juga teralihkan begitu saja kepada Hana.
"Sepenting apa, sih, Mika di mata lo sampe lo abai sama gue. Gak biasanya lo kaya gini."
Benar, mendengar nama Mika disebut saja sudah membuat Juna mendengarkannya dengan seksama. Tapi apa maksudnya dengan seperti apa Mika di matanya? dan bersikap tidak seperti biasanya? apakah Juna melakukan hal tidak biasa sampai Hana bisa berbicara seperti itu?
"Maksud lo bawa-bawa Mika apa?"
Hana menghela napas berat. "Gue gak bodoh, Juna. Gue tahu lo sama Mika lagi diem-dieman sejak event itu, kan?"
Tunggu, Juna makin tak paham dengan ini semua. Dari mana Hana tahu bahwa ia dan Mika sedang dalam masa yang rumit? apakah Hana ada di dekat mereka waktu itu? apakah Hana mendengar semua percakapan mereka?
"Haha, dapet berita hoax dari mana lo?"
Hana menghela napas lagi-lagi. "Jadi, lo nyangkal kalo apa yang gue bilang itu gak berdasar. Terus, gimana dengan lo yang akhir-akhir ini diem aja waktu ada Mika. Lo pikir gue gak nyadarin itu?"
"Kenapa juga lo harus perhatiin gue sama Mika? gak ada urusan penting buat itu."
Juna kembali menatap layar laptopnya setelah menggeleng pelan. Ia tak paham dengan pola pikir Hana yang menurutnya terlalu sempit. Lagi pun, apa korelasinya dengan Hana jika ia dan Mika saling diam? apakah setiap kejadian harus ia laporkan kepada Hana? ah, tidak penting sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Teen FictionApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...