..Akhirnya libur semester yang mereka nantikan telah tiba. Apalagi jika bukan untuk bersenang-senang menikmati awal liburan dengan api dan juga makanan malam nanti. Selain dari pada itu, kedekatan antara Juna dan Mika bisa makin erat, kan? terlepas dari mereka yang sudah merubah status.
Hari minggu yang biasa Mika gunakan untuk mencari inspirasi atau sekadar mengerjakan tugas di luar, mungkin akan ia tunda kali ini. Padahal jam baru menunjukkan pukul sembilan lebih sepuluh menit, tapi lihat, Juna sudah mengiriminya pesan agar Mika segera membuka gerbang rumahnya.
Kak Lian
Mik, gue udah sampe di depan nih. Bukain gerbangnya.
Tanpa membalasnya, Mika segera turun. Tentunya tanpa membereskan keperluan untuk mengerjakan tugasnya besok. Gadis itu kemudian menuju gerbang dan membukanya sedikit. Membiarkan Juna masuk ke dalam rumah bersamanya.
Lelaki itu tampak rapih, dengan setelan kasual yang menurut Mika membuat pacarnya itu sangat tampan. Tapi tunggu, Mika sebenarnya pun tidak tahu kenapa Juna datang ke rumahnya sepagi ini.
"Mau dibuatin minum apa?"
"Gak usah, gue kan mau jemput lo."
Mika membeo, menjemput? untuk apa? Lagi pula, kan, acara barbeque itu masih nanti malam. Kenapa Juna menjemputnya sepagi ini?
"Jemput gue? kan acaranya masih nanti malem."
Tiba-tiba Juna mencubit kedua pipi Mika hingga gadis itu mengaduh sakit. "Ih, sakit tau, kak." Mika menatap kesal ke arah Juna, tapi lelaki itu hanya tetawa melihatnya. Begitu menggemaskan, lucu sekali.
"Iya, tapi masa kita gak beli makanan buat barbequenya dulu? ntar kita makan apa dong?"
"Oh iya juga. Mau sekarang?"
"Iya, sayang. Yuk."
Apa banget sih, pake sayang-sayang segala. Mana masih pagi juga.
Mika hanya menurut saja. Ia mengambil ponselnya dan mengunci pintu rumah. Berhubung Haikal juga sedang ikut camping dengan teman kelasnya, Mika harus selalu mengunci rumah karena tidak ada siapa-siapa yang menjaganya.
Mika lihat, di depan gerbangnya ada motor milik Juna. Mika ingat jika mobil Juna rusak parah karena kecelakaan waktu lalu dan tentu saja belum sama sekali baik kondisinya. Lah, terus nanti bawanya gimana kalo pake motor gede gini?
"Kak Lian," panggil Mika saat Juna sedang memasang helm dikepalanya. Lelaki itu menoleh ke belakang dengan raut bertanya.
"Kenapa?"
"Kita, kan, mau belanja buat nanti malem, kalo pake motor gede kaya gini emang bisa bawa?"
Juna tidak menjawabnya, lelaki itu hanya tertawa kecil sebelum menarik tangan Mika untuk berpegangan pada perutnya, atau bisa disebut memeluk Juna? "Ini yang mau gue tunjukin ke lo."
Sebuah tanda tanya besar, belanja sepagi ini dengan ketidakjelasan dari Juna adalah hal yang Mika pikirkan di hari pertamanya libur semester.
..
"Antrean nomor 16."
Ternyata ada yang datang lebih awal dari Yuna untuk membeli es krim di kedai ini. Memang, awalnya Yuna hanya ingin membeli sarapan satu jam yang lalu. Dan karena ini sudah pukul sembilan lebih, dan Yuna melewati sebuah kedai es krim di dekat rumahnya, jadilah ia singgah ke tempat itu. Sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Teen FictionApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...