13. Ungkap Sekarang!

102 28 8
                                    


..

Napas yang tidak beraturan, mata yang tajam untuk menelusuri tiap sudut tempat, serta rasa nyeri yang masih ada di tubuhnya itu ikut merasakan bagaimana gelisahnya ia mencari sosok Mikaila Hanggini. Juna– lelaki yang baru saja menginjakkan kakinya di bandara itu terus-terusan ditusuk rasa bimbang, ragu, dan juga kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa ia memutuskan untuk terjebak dalam sesal hari ini? kenapa ia tidak menyadarinya sejak lama, jika merasa kehilangan adalah hal yang paling ia takuti sekarang.

"Gue harus cari lo kemana kalo kaya gini, Mik?" Juna bahkan meremas rambutnya sendiri, ia frustasi dengan ketidakberdayaannya saat ini.

Padahal Juna sangat paham bahwa ia dan Mika bukanlah apa-apa. Mereka tidak punya hubungan apapun selain 'teman' dekat. Apalagi yang Juna lakukan saat ini, mungkin orang lain akan menganggap Juna sebagai orang paling aneh dan atau egois. Sebab ia tak memberi keputusan di awal, namun meminta jawaban di akhir. Sama seperti saat ini, ia tidak memberikan Mika hubungan yang jelas, namun meminta gadis itu agar tetap tinggal bersamanya. Dan kedengarannya sangat egois, bukan?

Juna kemudian berpikir sejenak, mengingat kembali apa yang Mika katakan di rumah sakit tadi. Mika bilang bahwa ia ingin pergi ke Jepang, dan seketika Juna memandang ke arah layar besar yang menampilkan jadwal keberangkatan ke negara itu.

Korean Air—Japan : 09.05

Mata Juna menatap layar itu sedikit lama, detik berikutnya ia mengalihkan pandangan ke arah kaca transparan– dimana di sana ia bisa melihat pesawat yang akan lepas landas meninggalkan Korea. Hati Juna berdebar-debar, tidak, bukan ini yang ia inginkan. Juna tidak ingin Mika pergi.

Juna mendekat perlahan ke arah kaca itu, mengusapnya pelan seolah itu adalah Mika. Benar, Mika sudah pergi dengan tanpa mengucapkan selamat tinggal lebih lama. Atau bisakah Juna berharap jika Mika tidak perlu pergi saja? kemudian di sini dengannya lebih lama.

"Lo..., ninggalin gue, Mik?"

"Lo pergi?"

"Mika..., please balik...." Juna bahkan jatuh berlutut di sana. Ia tak mempedulikan orang yang menatapnya aneh, yang ia tunggu adalah keadaan yang tidak benar-benar nyata.

"Mik, jangan pergi, gue butuh lo...."

Saat Juna masih terduduk menatap kosong pesawat yang sudah sepenuhnya terbang itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan. Wajah sesal dan mendung itu kini berubah dalam sesaat, matanya terbelalak begitu melihat sosok di depan matanya. Tanpa menunggu lama, dipeluknya sosok itu tiada tapi. Dengan lembut dan hangat, Juna sampaikan seluruh kekhawatirannya pada gadis itu. Ya, gadis yang membuat Juna tersadar akan sesuatu dari dalam hati dan pikirannya.

"Kak Lian...."

Gadis itu adalah Mika, tentu saja. Sama-sama terkejut seperti Juna, karena ini kali pertamanya mendapat pelukan dari lelaki itu dengan sebab yang berbeda. Sentuhan lelaki itu sangat lembut hingga membuat Mika tidak bisa bergerak barang sedikit pun, tubuhnya terlalu kaku saat ini. Sedangkan Juna sendiri mampu menahan pelukan itu lebih lama. Rasa rindu yang tidak seberapa itu tengah meluap dalam dirinya, jangan salahkan keadaan jika memang harus seperti itu. Karena selain dari kehendak Juna, tangan dan tubuhnya bergerak melalui suara-suara hati yang selama ini memberontak ingin lepas.

Dan hari ini Juna akan memperjelas semuanya.

"Kak–"

[A]. STEREO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang