..-Graduation Day, Cyber University
"Iya nih, kak Ikal paksa Mika buat dateng ke wisudanya dia."
"Udah setuju beli drees padahal, masih mau nuduh aku maksa, yah."
"Hahaha, tapi buktinya Mika tetep dateng tuh. Berarti bukan paksaan lagi dong namanya."
"Ih ayah kenapa belain kak Ikal, sih?"
"Ya gimana lagi, orang bener begitu. Nanti minta kakakmu traktir udah."
"Iya nih, pokoknya harus dibelanjain sama kak Ikal sepuasnya."
"Itu sih, maunya lo."
"Kalian masih di kampus?"
"Iya, kita masih di kampus, kenapa, yah?"
"Enggak, ayah mau minta maaf karena gak bisa dateng ke sana. Ayah jadi gak bisa lihat anak laki-laki ayah lulus kuliah."
Mendengar penuturan Sang ayah, Haikal dan Mika saling tatap sesaat sebelum tersenyum kecil menatap ke arah layar ponsel.
"Gakpapa, ayah. Kan ada Mika juga. Yang penting ayah udah tahu kalo anak ayah ini udah lulus, hehe."
"Maaf ya, nak. Mungkin ayah pulangnya dua minggu lagi."
"Iya, yah. Ayah sehat-sehat di sana, ya."
Namun, panggilan yang sedikit mengundang haru itu harus berakhir sebab ada panggilan dari beberapa kelas, termasuk para anggota organisasi. Haikal yang mendengarnya pun mau tak mau harus berpamitan dengan Sang ayah segera.
"Ayah, Haikal masih ada acara habis ini. Video call nya aku matiin dulu, ya."
"Ya udah, bahagia selalu ya, nak. Ayah sayang kalian."
"Kita juga sayang ayah. Dahh, ayah."
Dan detik berikutnya sambungan video call itu tersudahi. Mika memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya sebelum bertanya pada Sang kakak tentang acara setelah ini. "Jadi mau balik jam berapa?"
"Karena acara emang lanjut, kayanya bakal pulang malem, deh."
Mika hanya mengangguk meresponnya. Haikal yang seharusnya memberikan kunci mobil pun menahan Mika sedikit lebih lama di sana. Ia menatap sekeliling dan tentunya melihat sosok lelaki yang begitu sensitif namanya di telinga Mika.
"Emm, dek."
"Hmm?" jawab Mika seraya menaikkan kedua alisnya.
"Hari ini angkatan gue wisuda. Lo gak mau ngucapin buat-"
Belum selesai berbicara, Mika memblokir kalimat Haikal. Mika sudah tahu apa yang akan kakaknya itu katakan selanjutnya. "Iya gue tahu dan gue gak mau bahas itu. Gue capek, mau pulang aja," tutur Mika dengan tegas seraya mengalihkan pandangan dari Haikal.
Haikal hanya menghela napasnya pelan sebelum memberi Mika kunci mobilnya. Lantas gadis itu mendongak seakan bertanya, "beneran gak pulang dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Novela JuvenilApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...