..Walaupun kampus masih dilingkupi oleh hawa yang tidak menyenangkan, tetap saja yang berjalan sebagaimana mestinya tidak akan goyah sedikit pun. Bahkan sejak acara terakhir di masa jabatannya, Juna tak banyak berharap dari orang-orang di sekitarnya.
Lelaki itu sudah berhasil menyelesaikan semua masalah di hari pemungutan suara ketua BEM hampir enam bulan lalu. Tentang Hana dan Dea yang sekarang sudah dicabut kemahasiswaannya dari Cyber, Daffa yang mendapatkan scorsing selama satu semester, dan Rangga yang mendapatkan sanksi akademik- mereka tidak ada yang mengusik kehidupan Juna lagi.
Rangga yang dulunya akrab dengan Juna pun kini lebih sering menghindar karena malu. Sedangkan Daffa hampir tidak pernah bertemu dengan Juna sejak hari pengadilan itu. Berbeda dengan Ridaffa yang akhir-akhir ini akrab dengan Fahri dan Bima.
Juna tidak terlalu memusingkan itu, sebab sisa waktu kuliahnya di Cyber juga tidak akan lama lagi sebelum melaksanakan wisuda kelulusan. Ia hanya perlu waktu sebentar lagi untuk menyentuh hal terakhir yang harus ia selesaikan.
Ya. Mikaila Hanggini yang sampai saat ini belum sama sekali berbicara dengannya.
Gue harap semua baik-baik aja.
"Lo baru tahu? Gue udah dari awal pacaran sama Rasya langsung sadar kalo Si Rangga emang suka sama Rasya, makanya waktu kita nyari dia di kostnya gue seneng banget berasa mau mukulin dia sampe babak belur."
"Rasya tahu gak, kalo Rangga suka dia?"
"Tahu. Cuma ya, lo tahu kan, dia gak bisa kalo gak sama gue."
"Dih PD gila."
"Gue harap BEM yang sekarang gak ada masalah kaya kita. Gue kasihan kalo liat mukanya Athar, kaya orang tertekan gitu, hahaha."
"Muka dia emang begitu dari pabriknya, anjir."
"Parah lo."
Tawa itu terdengar di penjuru kantin. Sebagian memperhatikan mereka, sebagian tak begitu peduli dan sibuk memakan makan siang mereka. Mungkin di antara mereka masih ada yang heran kenapa kasus itu ditutup begitu saja setelah Juna dinyatakan tidak bersalah. Padahal, mungkin saja kan, ada alasan lain kenapa foto-foto itu ada.
"Udah deh, mendingan kita cari jas buat wisuda bulan depan," lontar Juna menimpali. Lelaki itu masih sibuk mengetik di laptopnya.
"Ide bagus! Din, ini tugas lo."
Hardin menoleh dengan tatapan terkejut sekaligus bertanya. "Lah, yang mau wisuda siapa yang cari jas siapa," balas lelaki itu.
"Udah cari aja, anak-anak harus nurut sama orang tua."
"Mentang-mentang tua, seenak jidat. Bentar." Hardin mencari beberapa butik kenalan ayahnya, walau dengan menggerutu tapi lelaki itu menuruti apa kata Bima.
"Emm, Jun."
Mendengar panggilan dari Sean, Juna pun berdeham untuk menjawabnya. Tapi Sean tak kunjung berbicara, antara tidak yakin dan entahlah- Sean hanya ingin tahu bagaimana hubungan Juna.
"Ngomong woy!"
Sean melirik Bima, Hardin, dan Theo sebelum menjawab. "Lo sama Mika gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Novela JuvenilApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...