..
"Aku langsung ke kelas aja deh, kak. Nanti malah Luna nunggunya kelamaan."
Juna menahan tangan Mika dengan cepat sebelum gadis itu turun dari mobil. "Sarapan dulu, baru ke kelas. Hari ini sampe jam tiga, kan?"
Mika mengiakan dalam hati, tapi sekali lagi ia menolaknya. "Kak, please. Aku gak enak sama Luna, udah janjian jam sembilan soalnya," bahkan dengan tatapan penuh bujuk rayu itu tidak juga mampu membuat Juna luluh. Lelaki itu tetap menggelengkan kepalanya pelan.
"No, kita ke kantin dulu, makan, baru aku anter kamu ke kelas. Yuk." Baru saja Mika ingin membalas Juna, kekasihnya itu sudah lebih dulu keluar dari mobil. Dengan setengah kesal Mika menyusul Juna bersama dengan bibir mengerucut itu.
Sedangkan Juna hanya tersenyum simpul melihat wajah Mika yang terlampau menggemaskan di matanya. Ia mengusap rambut Mika kemudian, "jangan kesel gitu. Bentar, aku suruh Sean nemenin Luna dulu."
Juna mengirim pesan pada Sean untuk menghampiri Luna yang kemungkinan besar sudah ada di dalam kelas. Menyuruhnya untuk menemani gadis itu sebentar, selagi Mika pergi ke kantin untuk sarapan. Mika bertanya, "udah?"
"Apanya?"
"Chat kak Sean buat temenin Luna."
"Udah, nih, baru aja dibales." Juna menunjukkan pesan itu kepada Mika. Gadis itu hanya mengangguk mengiakan, dan kemudian tersenyum ke arah Juna. "Makasih, ya."
Lelaki itu hanya membalas dengan anggukan dan senyum kecilnya. Melangkahkan kaki lebih jauh untuk mencapai kantin. Namun, baru saja ingin memasuki area kantin, ada banyak sekali orang yang antre di sana. Padahal ini masih pagi, kenapa antrean sudah panjang saja? pikir Juna.
"Tuh kan, kak. Panjang gitu antreannya. Udah gak usah sarapan aja, tadi juga udah minum susu, kok." Lagi-lagi, saat Mika ingin melenggang dari sana, Juna menggapai tangannya menahan.
"Mau kemana, sih, hmm? Kita cari meja dulu, emm- nah, itu." Juna menarik tangan Mika ke salah satu meja yang sedikit lenggang. Untung saja dekat pilar ada meja untuk dua orang yang masih kosong, Juna membawa Mika ke sana dengan cepat.
"Kamu duduk di sini, biar aku yang antre. Kamu mau apa?"
Mika jadi makin ingin kabur saja dari sini. "Emm, sama kaya kak Lian aja, deh. Minumnya air putih aja."
Juna mengangguk, ia melepas tas ranselnya di atas meja sebelum pergi ke arah antrean. Tapi sebelum benar-benar meninggalkan Mika, Juna membalikkan badannya dengan cepat, memberi pesan pada kekasihnya kemudian. "Jangan kabur duluan, atau nanti aku kasih kamu hukuman, oke?"
Mika tertawa kecil, ia juga menjawab dengan gestur 'ok' dengan tangannya. "Oke."
Dari tempat ia duduk, Mika bisa melihat punggung Juna yang kian menjauh. Lelaki itu masuk dalam antrean dan ikut menunggu giliran untuk mendapatkan makanan pagi ini, untuk Mika. Mika juga tidak lupa untuk mengirim pesan kepada Luna bahwa dirinya akan sedikit terlambat dari jam yang sudah mereka janjikan. Mungkin ia akan ke kelas pukul sepuluh, atau selepas sarapan dengan Juna.
Tapi tidak lama kemudian, Luna justru meneleponnya. Lantas Mika mengangkat panggilan itu.
"Halo, Lun?"
"Halo-halo, gue udah sampe dari jam sembilan ya, lo malah berduaan sama kak Juna. Tega lo."
"Ya maaf, habisnya gue dipaksa sarapan sama dia. Ya udah sih, ada kak Sean juga kan, di sana? ngapain kek."
"Apaan, orang belum dateng. Katanya mau ngasih kunci studio dulu ke Bima. Emang ya, dunia terbalik, biasanya cewek yang telat. Nah ini, malah laki gue yang telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[A]. STEREO [✔]
Teen FictionApa yang bisa Mika harapkan dari laki-laki super tidak peka itu? Hampir 2 tahun, Mikaila Hanggini hanya bisa mengagumi sosok Julian Narendra dari jauh. Merindukannya dalam diam, dan selalu memeluk remuknya hati. Apakah bisa, Mika bersanding dengan l...