18. Rokok dan Kopi

78 15 0
                                    


..

"Mau lo apa?"

"Oh, hai. Gue kira lo gak bakal dateng." Hana bangkit dari duduknya setelah menyeruput kopi dalam cup ditangannya sekali lagi.

Daffa hanya diam sembari menghela napas beratnya. Lelaki itu datang ke taman belakang kampus seperti yang Hana katakan lewat pesan singkatnya. Daffa tidak tahu dari mana Hana mendapatkan nomornya, gadis ini terlalu berlebihan menurut Daffa.

Masih dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, Daffa terlihat datar dan tidak tertarik sebelum Hana menyertakan nama Mika dalam pesan itu. "Gak usah basa-basi, gue sibuk."

"Lo mau apa?" tanyanya lagi.

Gadis itu berjalan memutari Daffa dengan senyum simpulnya, "gue mau nawarin lo kerjasama."

Daffa hanya meliriknya saja, menunggu Hana menjelaskan apa maksud dari kerjasama itu. Barangkali ada hal buruk yang memang Hana rencanakan untuk Mika.

"Lo suka sama Mika dan gue suka sama Juna. Kita bisa lakuin apa aja yang nguntungin satu sama lain, kan? termasuk bikin mereka pisah."

"Yah..., kita bisa handle mereka secara bersamaan. Lo deketin Mika, terus buat Juna cemburu sampe mereka putus. Gue bakal dapetin Juna dan lo bakal dapetin Mika, gimana?"

Melihat Hana yang tampak senang saat mengatakannya, membuat Daffa berpikir lebih banyak. Daffa memang menaruh hati pada gadis Hanggini, namun, kalau memisahkan Mika dan kebahagiannya justru membuat Daffa jadi lelaki pengecut.

"Gak," putus Daffa dengan cepat.

Hana tertheran, ia menatap Daffa tak percaya. "Lo bego apa gimana, sih? Emangnya lo gak panas apa liat Juna sama Mika berduaan mulu? Lo suka sama Mika, kan?"

Daffa mengangguk, "bener. Lo emang bener. Tapi, kalo lo mau berbuat kaya gitu, mendingan gak usah ngajak gue."

"Gue balik ke kelas dulu." Daffa berpamitan akhirnya, berniat pergi dari sana karena pembicaraan Hana yang menurutnya tidak berguna sama sekali. Tapi sebelum Daffa benar-benar melangkahkan kakinya, Hana menahan lengan lelaki itu dengan cepat.

"Tunggu!"

"Ck, apalagi?"

"Kok main pergi gitu aja, sih? Lo gak suka sama cara gue? terus lo mau yang gimana?"

"Udah lah. Gak usah cari penyakit."

Cukup menohok sebenarnya, tapi Hana tidak menyerah begitu saja. Justru gadis itu semakin yakin bahwa ia harus melakukan sesuatu agar hubungan Mika dan Juna hancur sampai bisa membuat Juna jatuh ke pelukannya. Membuang jauh Mika darinya dan Juna, itulah yang Hana inginkan lebih dari apapun.

"Kenapa lo gak mau dapetin Mika?"

"Gak perlu gue jawab harusnya lo udah paham. Tapi kelihatannya emang lo batu. Denger ini baik-baik, ya, Hana mantan miss Azalea. Gue gak akan pernah mau berurusan sama rencana jahat lo itu cuma buat dapetin Mika."

"Cara lo murahan."

Tepat setelah mengatakan itu, Daffa pergi dari sana begitu saja. Meninggalkan Hana yang masih membeo di sana. Gadis itu tidak habis pikir dengan Daffa yang mengabaikan rencana kerjasamanya. Pun mengatai rencananya itu murahan. Hana menukikkan alisnya tajam, ini penghinaan. Daffa meremehkannya secara terang-terangan.

[A]. STEREO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang