6. Larat

152 27 0
                                    

Apa yang perlu aku lakukan ketika sedihku melantur-lantur? Aku sendiri bingung harus bagaimana.

***

Aku diam. Mataku kosong menatap lurus tembok dari rumahku, sembari duduk tenang diatas kursi goyang yang selalu aku duduki ketika waktu senggangku.

Langit akan kembali gelap dan kehilangan sinar mentari yang begitu mencetar setiap harinya, digantikan dengan binar rembukan yang juga sama terangnya namun tidak seberseri baskara.

Aku masih memikirkannya, walau hal itu telah lewat 5 hari lamanya, dan selama itu pula aku diam dengan tatapan kosong.

Chris tidak pernah pulang setelah minggu dimana ibu datang untuk berkunjung, ia izin padaku untuk pergi satu minggu dengan alasan bahwa ada hal yang perlu ia kerjakan seminggu penuh diluar kota.

Semulanya aku percaya, tapi kala kata ketus yang aku dengar dari bibir ibu dan ibu mertuaku, itu membuatku berpikir lain halnya.

Pikiran baik tentang bagaimana Chris yang pergi untuk mencari nafkah harus terganti dengan rasa khawatir bahwa Chris tengah menjumpai; mungkin kasih lainnya.

Aku tahu, itu adalah buruk sangka yang jelek. Serta dapat membangkitkan rasa tidak percaya pada pasangan.

Tapi itu semua diperkuat oleh pesan atau telpon yang tidak diangkat oleh sang empunya.

"Halo? Sayang?" Aku selalu berkata seperti itu, walau aku tahu telpon yang aku buat masih menandakan bahwa seseorang disebrang sana belum mengangkat telponnya.

Pesan pun tidak ada yang ia balas. Hanya keheningan yang tercipta selama 5 hari ini diantara kita.

Chris tidak menjawab, dan tidak memberi kabar. Aku semakin takut. Segala pikiran akan buruk sangkaku padanya semakin meluas.

"Apa yang harus aku lakukan_

"Sam?"

Itu, suara Chris disebrang sana terdengar, walau terdengar sedikit berbeda dari dimana aku mendengar suaranya secara langsung.

"Chris, kemana saja!" Tidak ada suara halus yang bisa aku lontarkan padanya. Suara ketuslah yang bisa aku berikan padanya.

Aku kesal dan hendak memakinya. "Sam, ada apa?"

"Tidak tahu!"

Mungkin ini bisa membuat Chris semakin lelah disebrang sana. Aku tidak perduli, aku hanya ingin marah dengan segala luapan pikiranku.

Aku tidak tahu dengan bagaimana pikiranku yang kacau serta kesedihan yang melantur-lantur 5 hari belakangan ini. Aku bingung harus berbuat apa, aku hanya ingin marah dan memaki. Entah siapapun itu.

"Hey sayang, ada apa?"

"CHRIS TIDAK PERNAH MENGHUBUNGI! KENAPA? KENAPA!" teriakan melengking dari suaraku mungkin bisa terdengar hingga luar rumah.

"Apa Chris mulai bosan? Apa, Sam membosankan? Katakan!"

Tidak ada sahutan di sebrang sana. Aku semakin geram. "BILANG! Jangan hanya diam! Katakan pada, Sam! HAL APA YANG MEMBUAT CHRIS BOSAN?"

"Sayang_

"Katakan padaku jangan seperti ini!" Aku mencoba abai. Kekesalan-ku sungguh-sungguh memenuhi isi pikiran diriku saat itu. Hingga rasanya aku hanya ingin berteriak dan memaki siapapun yang mengajakku berbicara.

"Sam, dengarkan aku_

"AKU TIDAK MAU MENDENGAR!"

Tut!....

Afeksi (Chanjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang