Aku selalu berharap bahwa kami akan selalu bersama dengan rasa cinta, kemakmuran, kebahagiaan, dan nasib yang lebih baik, hingga kedepannya.
***
Kehidupan memang dipenuhi oleh suka maupun duka. Ketika duka itu merana, itu pertanda bahwa hidup memanglah dengan tujuan, dan ketika suka itu menghampiri, itu adalah hadiah yang diberikan atas hidup kita.
"Hari minggu, ibu Sam dan juga ibu Chris datang...."
Lama kami terdiam untuk meredakan amarah yang mungkin bisa saja tercipta kala aku masih dalam keadaan jatuh penuh emosi.
Aku tidak meminta, tapi Chris tahu bahwa aku memang butuh waktu sendiri. Sampai waktu ini tiba.
Aku yang memulai percakapan, mencairkan suasana yang sebelumnya benar-benar dingin dan membatu.
Kami benar-benar hanya diam atau sesekali bertanya dengan ucapan yang dibutuhkan saja.
Tidak, Chris bukan seperti itu karna marah padaku. Tapi dia mau aku menenangkan apa yang telah aku rasakan selama itu.
"Lalu?" Satu pertanyaan lolos dari mulutnya. Lengan yang sedikit kasar itu menggosok tubuhku perlahan dengan sabun.
"Ibu bilang, aku gendut, aku nggak menarik, Chris pasti bosen sama aku...."
Aku tidak tahu bagaimana wajah itu menunjukkan ekspresinya saat ini. Tapi yang aku tebak bahwa pasti ia menunjukan wajah sendunya ketika gosokan pada punggungku berhenti begitu saja.
"Sayang?" Tubuh-ku ia dorong perlahan. Dengan setelahnya tubuh yang jauh lebih besar dariku itu duduk tepat dibelakangku.
Air yang mengisi bak mandi ini bahkan meluap ketika tubuh lain memasukinya.
"Aku sakit hati, ibu selalu menuntut aku untuk menjadi sempurna... tapi ibu tidak pernah memberitahu bagaimana cara untuk menjadi sosok yang sempurna itu." Aku bercerita, mengenai ibuku. Aku tahu mungkin hal sial bisa aku dapatkan setelahnya, karna membicarakannya. Tapi aku hanya ingin mengatakan apa yang telah membuatku seperti ini.
"Apa aku membosankan? Gendut dan bau? Chris tidak akan berpaling dari, Sam bukan? Tidak seperti kata ibu, Chris..." kata itu terujar berturut-turut, dengan sedikit tergesa dan menekan.
Tetapi lawan bicaraku hanya membisu, membuat diriku pun diam menunggu jawaban apa yang akan dia berikan. Belayan mulai terasa pada suraiku, sedangkan lengan lain ia bawa untuk mengusap perutku.
"Apa ada seseorang yang sempurna didunia ini?" tanyanya, dengan pelan. Sebelum helaan napas terlontar dari bibirnya.
Lantas aku menggeleng sebagai balasan. "Tidak ada bukan?" Dan dia menjeda ucapannya. "Tidak ada yang sempurna, sekalipun dia mengajari seseorang itu untuk bersikap sempurna. Selain, dia yang mendapati pendamping untuk memenuhi segala kekurangannya, begitupun sebaliknya...."
"Tapi itu menyakitkan_
"Stt... stt... stt... luka dan duka selalu ada, rasa sakit itu memang selalu ada dalam setiap kehidupan. Tapi ada Chris di sini...."
Chu!....
Kecupan hangat aku terima dari bibir lembapnya. Aku bersemu salah tingkah, tapi mataku seolah ingin menitihkan cairan bening yang hendak mengalir ketika segala emosi benar-benar memenuhi pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi (Chanjin)
Random'Kau yang memiliki janji pada diriku untuk menjagaku, kau seharusnya menjaga dan melindungiku, mengapa malah menghantamku dengan kuat? Menjatuhkanku hingga berakhir tenggelam dalam kegelapan?' Apapun itu, hanya dia yang ada didalam benakku. Mau baga...