Rasa berduka itu menang ada dalam setiap manusia yang baru saja merasakan rasa kehilangan. Merasa bersalah atas diri sendiri akan kepergian seseorang, Dan terus merasa bahwa apa yang berlalu masih begitu duka hati yang merana.
***
Aku tidak akan mengerti apa saja yang selama ini ia rasakan. Tangisan pilu begitu nyaring bisa aku dengar.
Bagaimana dia yang menatapku seolah meminta maaf dan begitu rapuh. Lengan yang terus memukul kepalanya itu seolah menjadi pertanda bahwa ia begitu prustasi atas apa yang baru saja menimpanya.
Aku tidak berbohong, itu semakin menambah lukaku. Bagaimana wajah pucat itu menangis di hadapanku, dan bagaimana kata-kata menohok tentang dirinya baru saja aku dapatkan semalam kembali terdengar ditelingaku.
"Chris! Chris! Sam jahat!" Aku memeluknya, dokter berkata bahwa mungkin untuk kedepannya kesehatan mental dan batin Sam akan sedikit tergoncang.
Kehilangan bayi yang ia kandung dan merelakan sesuatu yang telah dianugrahi Tuhan padanya itu pasti akan membuatnya terpuruk. Terlebih mungkin beberapa orang akan sedikit membuatnya semakin jatuh dan menyalahkannya.
Bagaimana ibuku dan ibunya, meskipun ia tidak mendengarnya, apa? Nanti atau bahkan entah kapan itu kata yang sama akan terlontar tepat dihadapan kasihku.
Aku berharap seperti itu. Bahwa itu tidak akan terjadi padanya, aku tidak masalah anak kami yang tidak jadi merasakan dunia dengan bagaimana cinta yang terasa ketika ia hidup diantara rasa cinta itu.
Sungguh, itu bukan masalah bagiku, dan bagaimana Sam yang tidak akan mungkin kembali mengandung pun bukan masalah besar bagiku.
Mungkin kita memang ditakdirkan untuk berdua, tidak ada insan lainnya yang ikut diantara pelukan kita.
Yang terpenting, bahwa Sam telah kembali menjadi manusia sehat. "Sayang, tidak apa-apa...."
"Chris... maafkan, Sam_
Chu!....
Aku melepaskan pelukannya, mencium keningnya begitu sayang. Sebelum kembali memeluk tubuh ringkih milik sicantik. Mencoba memberikan rasa hangat yang pasti sangat ia butuhkan kala itu.
"Tapi_
"Mungkin Tuhan hanya ingin kita berdua, hidup berdampingan tanpa malaikat kecil diantaranya. Tidak apa-apa, sayang." Aku terus mencoba meyakinkannya, memberikan kata yang semoga saja bisa membuatnya percaya. Bahwa semua itu bukan salahnya dan tidak perlu ditakuti.
"Ada yang sakit tidak? Apa yang dirasakan Sam? Chris akan panggilkan dokter."
Lengan yang masih memeluk tubuhku semakin ia erakan. "Kaki Sam mati rasa sama gatel, panas!" Kepalanya yang tengah bersandar pada bagian dadaku menggeleng ribut.
"Sam nggak mau! Kalo Sam lumpuh!" Dia mengatakannya dengan isak nan masih mengalung pada vokal yang dia miliki.
"Sayang... bukan, itu gejala biasa ketika sehabis melakukan operasi Histerektomi," jelasku, lengan yang sebelumnya memeluk tubuh Sam beralih untuk mengelus punggungnya.
"Jangan khawatir, Chrismu ada disini. Pulihkan kondisi, Sam? Mengerti? Lalu kita akan memulai segalanya dengan lembaran baru, yang aku jamin akan lebih indah."
Aku pula tidak akan menyangka bahwa itu adalah kata dusta yang aku katakan.
Mata sipit dengan bola mata terang yang bening itu menatapku. Seolah meminta kejelasan yang pasti akan ucapanku.
Jari kelingking lentik nya ia sodorkan. "Janji?"
"I promise, and please... pegang janji yang telahku buat." Maaf, janjiku hanya menjadi dusta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi (Chanjin)
Random'Kau yang memiliki janji pada diriku untuk menjagaku, kau seharusnya menjaga dan melindungiku, mengapa malah menghantamku dengan kuat? Menjatuhkanku hingga berakhir tenggelam dalam kegelapan?' Apapun itu, hanya dia yang ada didalam benakku. Mau baga...