Aku tidak dapat berkata-kata lagi, ini terlalu menyakitiku kembali.
***
Menyesal. Perasaan sesal itu seolah menghampiriku seperkian cepatnya.
Mungkin jika aku tidak menerima tawaran itu. Rasa ini tidak akan ada, rasa bersalah dan menyesal yang seolah meliputiku hari demi hari, tidak akan pernah datang
Chris seolah mencoba menjauh. Memang kami tetap sama, dia tetap memperhatikanku, tapi rasanya berbeda.
Dia memberiku perhatiannya dengan penghalang yang semakin hari hanya semakin membeku dan membesar.
Aku berharap hal ini akan selesai. Beribu kata maaf dan cara telah aku coba. Chris mau mendengarnya, tapi dia belum mau menunjukkan ekspesinya atau suara yang penuh kehangatan.
Gemuruh hujan yang kembali membasahi bentala kali ini begitu lebat, suaranya menggema begitu keras didalam rumah yang hanya terisi diriku.
Bahkan baju rajut yang aku kenakan tidak bisa menghalangan hawa dingin hari ini.
Kursi bergoyang kembali aku duduki, lenganku tidak berhenti untuk melukis diatas kertas putih. Sudah lama tidak melakukannya.
Biasanya saat aku melakukan hobi lamaku ini, itu karna aku merasa bosan. Tapi, semenjak aku bersama Chris maupun aku seorang diri dalam rumah ini. Rasa bosan itu seorang menghilang.
Rasa bahagia begitu mengumpul didalam hatiku, sampai-sampai kebosanan yang dulu selalu aku dapatkan menghilang terganti dengan kehadiran Chris yang menyenangkan.
Tapi akhir-akhir ini, kami hanya dilindungi es dingin yang entah sampai kapan tetap membeku diantara kami.
Aku selalu mencoba mencairkannya, tapi itu hanya berasa sia-sia, tidak ada yang berubah, tetap sama, bahkan rasanya dia semakin menjauhiku.
"Chris... sudah pulang, ya?" Berdiri dari dudukku dan mencoba menghampirinya.
"Kau tidak lihat? Jangan bicara lagi denganku hari ini!" Tapi ucapannya lagi-lagi membuatku mematung dengan tubuh yang kaku.
Apa sesuatu telah kembali ia lihat? jika ia tolong katakan, bahwa itu hanya dusta yang membuat kami berhenti dalam hubungan dingin seperti ini.
"Selamat makan!" seru senang dan senyum lebar aku berikan pada Chris sebagai awal dari acara makan malam kami.
Tidak ada yang spesial, seperti malam dimana terakhir aku mengandung anakku yang memang sudah tidak terasa akan pergerakannya.
Tidak ada lilin cantik atau bunga-bunga yang menambah kesan romantis diantara kita.
Biasanya kita memang makan malam seperti ini. Tapi tidak sesepi sekarang, hanya ada suara denting dan sesekali suara deras dari rintik hujan yang melebat atau gemuruh kilat terdengar samar.
Terkadang, kami akan menyelipkan canda maupun percakapan kecil atas hari yang telah kami lewati dengan senyum maupun tawa. Tapi untuk saat ini, tidak.
"Chris_"
"Aku sedang makan, jangan banyak bicara."
"Maaf."
Suasana kembali canggung. Tadinya, aku akan menceritakan keseharianku, tapi hal itu aku urungkan melihatnya yang masih ketus.
"Chris, bagaimana dengan hari ini_
"Hancur." Berulang, bahkan lagi-lagi dia berkata ketus dan mencoba menjawab perkataanku lebih dulu. "Mengapa terkejut? Mencoba menutupinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Afeksi (Chanjin)
Random'Kau yang memiliki janji pada diriku untuk menjagaku, kau seharusnya menjaga dan melindungiku, mengapa malah menghantamku dengan kuat? Menjatuhkanku hingga berakhir tenggelam dalam kegelapan?' Apapun itu, hanya dia yang ada didalam benakku. Mau baga...