21. Penderitaan

5.1K 492 24
                                    


Happy Reading🎃
.
.
.
.
.
.
.
.

Gabriel duduk didepan meja kerjanya yang sekarang dirumpuki banyak kertas yang akan menghasilkan pundi-pundi uang.

Gabriel memegang erat pulpen ditangan kanannya. Pikirannya ruyam dan selalu terbayang-bayang akan Caitlyn seperti kaset rusak yang terus berputar dikepalanya.

"Aaarrkkkhh....., " Teriak Gabriel frustasi dan menyapu semua barang yang berada diat meja sehingga berantakan. Kertas-kertas bertebangan tak terkendali.

"Gw.. Jahat, gw bodoh.. Gw Brengsek.. Gw penjahat! "

Gabriel mengangkat pulpen yang berada didalam genggamannya dan mengarahkannya ke matanya. Satu senti lagi pulpen tersebut akan menancap dimata Gabriel.

Brakk..

"Gabriel! Jangan bertindak implusif! " Teriak Derrick ketika melihat Gabriel akan menusuk matanya sendiri.

Derrick tadinya berencana untuk kekamar Felix tapi ia mendengar suara barang berjatuhan dari ruangan Gabriel dan langsung membuka pintu dengan keras.

Derrick menyentak tangan Gabriel yang memegang pulpen, " Jangan bertindak bodoh! " Tekan Derrick.

" Gak, ini pantas buat aku dad! Aku, A-aku dulu juga melakukan ini kepada Caitlyn...., " Ucap Gabriel dengan kepala yang di geleng-geleng kan. Ia mencoba mengambil pulpen yang sekarang dipegang oleh Derrick.

"Kembalikan! Kembalikan dad! " Pintanya.

Derrick membuang jauh pulpen tersebut, Gabriel jatuh dari kursinya dan merangkak kearah pulpen tersebut.

Derrick menyentak bahu Gabriel dan langsung menampar nya. " Sadar riel! Jangan seperti ini... " Ucap Derrick lirih.

Gabriel mematung dengan tatapan kosong setelah mendapat tamparan dari Derrick. Air matanya ikut jatuh saat mendengar suara tangis yang menyayat hati dari Derrick.

Derrick hancur, dari antara yang lain Derrick lah yang paling menderita. Hidup dengan ingatan masa lalu, melihat putrinya meninggal didepan matanya dan sekarang kedua putranya menghukum diri mereka sendiri.

...

Brak!!

Suara bantingan dan barang hancur terus bersahutan dari kamar yang pintunya tertutup rapat tersebut. Sedetik kemudian kamar tersebut pun hening seperti tak berpenghuni.

Vero yang sedang bersandar didinding dekat pintu kamar itu pun menggeser tubuhnya mencoba mengintip dari celah bawah pintu.

"Woi bro! Gimana nih udah gak ada suaranya, si regan masih idup kan?! " Ujar vero masih dengan posisi tiarap.

Reza yang sedang duduk didekat trali penbatas sambil menjuntai kan kakinya kebawah tak menyahut. Ia hanyut didalam pikirannya sendiri sambil memandang dua buah permen tangkai ditangannya dengan sedih.

"Zaa! " Vero berteriak kesal dan melempar Reza dengan sendalnya.

Reza tersentak kaget dan menatap sengit bercampur sendu vero membuat vero merasa serba salah.

"Eh gini, lo coba minta kesiapa aja kunci cadangan kamar nih bocah goblok. " Suruh vero kepada Reza.

Reza bangkit dan berjalan dengan lesu tidak protes apalagi menolak. Setelah mendapatkan kunci cadangan dari ibunya Regan yang kebetulan juga akan kekamar Regan mereka pun masuk dengan pelan.

Ibunya Regan pergi membiarkan kedua teman anaknya saja yang masuk, berfikir mungkin dengan adanya temannya Regan mau mendengarkan ucapan dari temannya.

REBIRTH : Outcast  DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang