Mission X | Pura - Pura

1K 138 17
                                    

"Lho, Mas Chandra? Kok ada disini?" tanya Mutia saat membukakan pintu untuk Chandra. Ia tidak meyangka jika pemuda itu kini sudah berada di rumah kediamannya.

"Hari ini ada kontrol di rumah sakit, saya sengaja mau menjemput dan mengantarkan kamu untuk kontrol," ucap Chandra dengan tersenyum manis. Mutia diam ditempatnya. Ia lupa jika ada pria bernama Chandra yang setelah ia pulang dari rumah sakit terus mengekori Mutia dan bahkan setiap hari menemui gadis itu hanya untuk sekedar mengantarkan makanan, kudapanan, atau bahkan minuman.

"Saya nggak disuruh masuk nih?" tanya Chandra dengan satu alis yang terangkat satu saat melihat Mutia hanya diam ditempatnya dan justru nampak seperti orang yang sedang melamun.

"Eh iya, silakan masuk, mas.." ucap Mutia seraya membuka lebar pintu utama rumahnya. Ia kemudian mempersilakan Chandra untuk duduk sejenak.

"Jujur, Mutia lupa kalau hari ini ada jadwal periksa. Rasanya Mutia sudah sembuh, mas.." ucap Mutia seraya memberikan cengiran kudanya. Chandra memasang wajah datar, ia semula bersedekap dan duduk di sofa ruang tamu, namun tiba-tiba saja pemuda itu beranjak dari tempatnya dan melangkah maju mendekati Mutia.

"Apa? Mas Chandra jangan bikin Mutia grogi deh," ucap Mutia seraya terkekeh di tempatnya terlebih saat sepasang mata tajam Chandra seolah menelisik dan seperti sedang menyelidiki sesuatu.

"Kamu berkeringat.. sebelum saya datang kamu sedang melakukan apa?" tanya Chandra dengan alis kanan yang terangkat. Mutia diam sejenak, ia membulatkan manik matanya seraya tersenyum canggung. "Olahraga, Mas.. Mutia barusan olahraga ringan, makanya keringatan," jawab Mutia. Chandra justru lebih memandang gadis itu lebih tajam lagi. "Yakin olah raga?" tanya Chandra mencoba memastikan hal yang barusaja disampaikan oleh Mutia itu. Gadis itu menganggukkan kepalanya mantab.

"Dengan pakaian begitu?" tanya Chandra seraya menunjuk ke arah Mutia yang sekarang sedang mengenakan celana panjang kain dengan kaos warna putih dan blazer hitam, senada dengan warna celana panjanga yang ia kenakan. Mutia tersedak salivanya sendiri, sepertinya dia gagal berbohong. Jelas saja Chandra merasa heran dan tidak mempercayai ucapannya. Tatapan Mutia kemudian beralih pada beberapa buah mobil hitam yang terparkir di depan halaman rumahnya,

"Apa yang sedang kamu lakukan, Mutia? " Pekik Chandra saar melihat Mutia nampak berjalan mengendap endap di kediamannya sendiri, membuka tirai jendela sedikit dan memicingkan kedua manik matanya kemudian. Gadis itu menggeram kesal. Mutia membulatkan manik matanya, ia juga meletakkan jari telunjuknya di bibirnya memberikan isyarat pada Chandra untuk tidak membuat gaduh.

"Ada apa?" bisik Chandra.

Belum sempat Chandra menerima jawaban, Mutia dengan cepat menarik tangan pemuda berkaca mata itu ke dalam kamar saat beberapa orang dengan pakaian formal mengenakan jas hitam hitam itu berhasil menerobos pintu utama dan kini tengah berada di rumah kediaman Arya sang ayah. Mutia membawa Chandra kedalam sebuah kamar tepat di lantai satu. Gadis itu mulai mengintip dari celah celah pintu dan berusaha memicingkan manik matanya dengan susah payah.

"Sebenarnya ada apa?" Chandra mendekatkan bibirnya di telinga Mutia. Ia kembali membuat Mutia menggeram kesal.

"Mereka datang."

"Yang kau sebut mereka itu siapa?"

"Mereka.. Orang yang akan membunuh Papa, Mama dan Aku. "

Chandra diam ditempat. Ia terkejut. Namun sejenak berpikir, mungkin saja Mutia sedang berhalusinasi karena efek obat pereda rasa sakit yang ia konsumsi sebagai obat jalan yang diberikan oleh dokter.

"Kamu.. Sudah ingat dengan keluargamu?" tanya Chandra sedikit heran. Mutia menatap Chandra dan menghembuskan nafas kasar.

"Aku tidak hilang ingatan sebenarnya. Ditabrak olehmu sebenarnya tidak ada dalam skenarioku, tapi sepertinya Tuhan memberikan jalan untuk mengulur waktu. " ucap Mutia dengan netra tajamnya.

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang