"Kamu yakin ini jalannya, Gi?" tanya Kirana saat ia mengendarai mobil miliknya ke titik koordinat tempat sinyal keberadaan Airlangga di temukan. Gian mengernyitkan dahinya seraya menatap layar ponsel pintarnya. "Gue nggak gitu pandai baca peta sih, Mbak.. Tapi kayaknya ini sih nggak salah.. " ucap Gian. Ia kemudian menyodorkan ponsel pintar itu pada Kirana. Gadis itu menatap dengan seksama lokasi ditemukannya Airlangga. Tak lama kemudian, Kirana mengangguk. "Villa itu ada di depan. Sepertinya dekat dengan sungai, " Ucap Kirana kemudian. Ia lalu mematikan mesin mobilnya, agar tidak mengundang kecurigaan.
Kirana turun dari kursi kemudinya dan berjalan ke belakang bagasi, mengenakan bodyvestnya, memasukkan beberapa magazine peluru, dua buah pistol, satu buah belati, dan beberapa geranat. Tak lupa ia mengambil tas ransel besar miliknya yang berisi senjata laras panjang khusus penembak runduk.
"Kamu jaga saja disini. Mbak mau awasi sekitar dulu.. " ucap Kirana. Gian membulatkan manik matanya dan menatap sekelilingnya. Gelap dan tanpa penerangan. "Mbak, rumah penduduk jauh lho dari daerah sini.. " Ucap Gian. Kirana mengernyitkan dahinya. "Takut?" cibirnya dengan senyum miringnya. Gian terkekeh di tempatnya lalu menggelengkan kepalanya. "Nggaklah.. Ee tapi.. Mending aku jadi operator mbak Nana aja deh.. " Pinta Gian. Kirana menghembuskan nafas kasar lalu menatap Gian tajam.
"Bahaya, Gi.. Ini bukan perang perangan. Salah salah nyawa kamu bisa melayang!" tegas Kirana. Gian mencebikkan bibirnya. Ia tidak bisa juga sendirian menunggu sang kakak di atas mobil.
"Gi.. "
"Gue bantuin lihat dari deket deh.. " pinta Gian seraya mengerjap ngerjapkan manik matanya. Memohon. Kirana menggeram kesal namun tak lama ia menganggukkan kepalanya. Saat ini tidak ada orang lain yang dapat Kirana harapkan dan percaya untuk membantunya selain Gian.
"Oke. Gue ijinin tapi dengan satu syarat, lo cuma kasih laporan jarak jauh, nggak ada kontak, jelas?! " Gian mengangguk tegas dengan senyum lebarnya. Ia lalu menerima sebuah alat komunikasi kecil dari Kirana sebelum akhirnya berpencar dengan Kirana.
"Mending lo sembunyi aja, cari tempat aman, jangan terlalu mencolok. Kalau perlu langsung pakai drone yang gue kasih buat cari tahu kondisi dan lokasi musuh dan yang terpenting, cari dimana Mas Erlan, "
Suara Kirana nampak terdengar begitu tegas di telinga Gian, gadis itu hanya mampu berkata siap seraya terus berjalan di jalan setapak yang semakin menyempit. Ia mengerutkan dahinya saat ternyata dirinya sampai di ujung bukit yang membawanya di halaman belakang Villa tersebut. "Mbak, Gue udah sampai di puncak bukit, ternyata jalan ini langsung ke bukit belakang Villa, " ucap Gian seraya mencari tempat duduk untuk sedikit beristirahat.
"Oke, gue bisa lihat lo, udah lo duduk aja disana, awasi dari jauh," titah Kirana. Gian kembali mengernyitkan dahinya, bagaimana bisa Kirana melihat dirinya, padahal lokasinya saja tidak masuk akal, ada di atas bukit dengan pepohonan dan ilalang yang tinggi. Gian menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mencari keberadaan kakak sepupunya itu. "Nggak usah tolah toleh, buruan terbangin drone nya!" ucap Kirana. Gian terkekeh di tempatnya, ia hanya memastikan apakah Kirana benar benar dapat melihat dirinya atau tidak. "Ngecek doang, Mbakeehh.." ucap Gian seraya mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi drone mungil. Gian segera mengaktifkan drone tersebut dan menerbangkannya. Bukan perkara susah bagi Gian untuk mengoperasikan drone seperti itu, karena ia dan kedua saudara kembar yang lain terbiasa mengutak atik alat milik Yudhistira sang Ayah, termasuk drone kecil yang dimiliki Yudhistira seperti yang di terbangkan oleh Gian saat ini.
"Oke, kita cari dimana Mas Erlan.."gumam Gian seraya menggigit permen lolipop yang barusaja ia masukkan ke dalam mulutnya. Drone di terbangkan, dari monitor kecil yang ia genggam, Gian dapat melihat dengan jelas keadaan sekitar dan juga musuh yang berjaga di Villa tersebut. Kini Gian tengah memasuki halaman Villa, melewati beberapa pengawal yang berjaga di sekitar halaman belakang yang cukup luas dan langsung mengarah ke sungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AcciónTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...