"Mas.. Boleh Nana bilang sesuatu?" tanya Kirana di pagi itu. Airlangga yang sedang sibuk mengupas apel pun mendongak menatap sang istri. "Boleh. Apa, Na?" tanyanya seraya menyuapkan potongan kecil apel ke dalam mulut Kirana.
"Ini soal.. Keputusan Nana, " kirana menggantungkan sejenak ucapannya, melihat bagaimana reaksi Airlangga. Pria itupun akhirnya mengernyitkan dahinya.
"Soal?"
"Pengunduran diri Nana.. "
Airlangga diam. Tiba tiba saja ia teringat akan cerita Samudera beberapa waktu yang lalu.
"Kamu benar benar tidak tahu jika Nana hamil, Lan?" tanya Samudera. Airlangga mendongak dan menggelengkan kepalanya. Samudera menghembuskan nafas kasar lalu kembali menatap Airlangga.
"Berarti Nana juga belum sadar kalau dia sedang hamil. Sebelum kejadian, Nana sempat telepon Papa dan membahas soal pengunduran dirinya. Apa kamu tahu juga soal itu?"
"Nana belum sampaikan hal itu lagi, Pah.."
Samudera mengangguk paham. " Papa pikir keinginannya itu juga terjadi karena ia sedang hamil atau mengantisipasi hal semacam ini." Samudera nampak menghela nafas panjang lalu tersenyum tipis menatap Airlangga. "Jangan terlalu lama bersedih dan jangan menyalahkan diri kalian, ini kecelakaan, Lan.." lanjut Samudera.
"Iya, Pah.. Tapi jika Nana mengundurkan diri apa Papa tidak kecewa?" Samudera diam sejenak lalu kembali menepuk pundak Airlangga. "Mimpinya memang menjadi tentara. Dia sendiri yang mau, saya bangga atas apapun yang dilakukan anak anak selama itu baik dan bermanfaat untuk dirinya, orang lain, dan negaranya. Jika memang keputusan Kirana sudah bulat ingin mengundurkan diri, biarkan saja, dia punya pertimbangan tersendiri. Banyak cara mengabdikan diri pada negara, Lan.. Tidak harus jadi tentara, " ucap Samudera.
"Mas, marah ya?" gumam Kirana saat melihat Airlangga hanya diam. Airlangga mendongak lalu tersenyum seraya mengusap puncak kepala Kirana. "Tidak. Semua keputusan ada ditanganmu, Na. Mas dukung apapun itu. Awalnya Mas pikir, Mas tidak mau membuatmu melepaskan impian dan cita citamu karena sudah menjadi seorang istri. Mas juga tidak ingin membatasi ruang gerakmu. Hal yang kita alami sekarang, semua ini diluar dugaan kita, Na.. Tapi.. Jika itu sudah menjadi keputusanmu, Mas akan dukung juga sepenuhnya, " ucap Airlangga. Kirana tersenyum lega seraya menatap Airlangga lekat lekat.
"Na.. "
"Hmm.. "
Airlangga mendekatkan posisi duduknya, meletakkan pisau dan apel di tangan lalu menggenggam kedua tangan Kirana. "Kita bulan madu yuk.. "
Kirana mengernyit bingung. " Bulan madu?"
"Hmm.. Setelah kamu sudah benar benar pulih. Kita jalan jalan, terserah kamu mau pergi ke mana tapi tidak bisa yang terlalu jauh juga karena terkendala ijin cuti. Mau ke Australia, Korea, atau jalan jalan ke Eropa?" Tanya Airlangga seraya menggengam tangan Kirana. Wanita itu mengernyitkan dahinya.
"Kenapa tiba tiba ingin bulan madu, Mas?"
"Kita belum pernah ada momen senang senang sama sama. Setelah menikah langsung balik kerja dan ada kejadian seperti ini. Mas pengen, setiap saat ada momen membahagiakan buat kita dan anak anak kelak. Mas baru sadar, ternyata waktu itu cepat sekali berlalu dan yang sudah berlalu tidak mungkin dapat diulangi lagi. Sudah banyak waktu terbuang untuk memikirkan pekerjaan, saatnya memikirkan diri sendiri, Na. Dengan sedikit bersenang senanh sepertinya sepadan, gimana?" tanya Airlangga. Kirana mengusap puncak kepala suaminya lalu tersenyum.
"Boleh.. Tapi kali ini Nana pengen ke Bali, " jawab Kirana. Airlangga berdecih.
"Ke Luar negeri, Na.. " ucap Airlangga penuh penekanan. Kirana terkekeh geli melihat wajah Airlangga yang nampak begitu menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AzioneTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...