Mission X | Jebakan

997 135 76
                                    

"Siapa mereka?" tanya Airlangga saat ia sampai di ruang kemudi kapal, melihat beberapa awak kapal dan juga nahkoda yang sedang mengemudikan kapal mereka.

"Mereka masyarakat biasa,"jawab Boy. Airlangga memicingkan manik matanya menatap tujuh orang awak yang sengaja dikumpulkan dalam satu ruangan itu satu per satu. "Yakin bukan bagian dari kelompok bersenjata?"tanya Airlangga mencoba memastikan sesuatu. Eagle menatap Airlangga dan mendengus tertawa.

"Gampang saja, kalau bagian dari mereka, tinggal kita tembak saja. Beres. Apa susahnya?" ucap Eagle dengan netra tajam yang menghujam menatap Airlangga. Pemuda gagah itu diam sejenak ditempatnya lalu membalas tatapan Eagle.

"Saya hanya tidak mau jika mereka memasang jebakan untuk kita. Frogman punya kemampuan untuk mengemudikan kapal, biarkan saja dia yang kemudikan. Saya tidak percaya pada mereka," ucap Airlangga tegas.

"Lalu mau kau apakan mereka?" tanya Eagle lagi.

"Ikat saja di sini! Terus awasi, jika ada hal mencurigakan. Tembak!" tegas Airlangga seraya berjalan keluar dari ruang kendali kapal tersebut. Eagle menggedikkan kepalanya ke arah Sharktale dan Frogman untuk segera mengikat dan mengalihkan kendali kemudi kapal pada Frogman.

"Mereka hanya orang biasa, untuk apa kau perlakukan seperti penjahat? Mereka itu masyarakat biasa yang harus kita lindungi," celetuk Shena sesaat setelah melihat Airlangga melangkah keluar dari ruang kemudi tersebut. Airlangga menoleh dan menatap Shena lalu tersenyum tipis. "Saya tidak percaya dengan masyarakat yang bekerja dan menerima uang dari musuh. Apa bedanya mereka dengan pengkhinat negara?"jawab Airlangga.

"Bagaimana jika keluarga mereka disandera, terancam mati sehingga mereka terpaksa melakukan hal seperti itu untuk melindungi orang yang mereka sayangi? Aah.. saya lupa kalau kamu tidak memiliki hati sedalam itu. Sahabat sendiri saja kamu korbankan untuk menyelamatkan dirimu sendiri!" ketus Shena. Airlangga menatap nanar ke arah Shena lalu menghembuskan nafas kasar. "Keadaannya tidak demikian, Shen.." lirih Airlangga.

"Lalu bagaimana keadaannya? Coba terangkan dan jelaskan pada saya sekarang juga?" ucap Shena dengan netra berkaca-kaca dan suara bergetar. Gadis itu mendongak menatap Airlangga yang terdiam ditempatnya, menatapnya penuh arti.

"Ini bukan saat yang tepat untuk membahas masa lalu.."

"Lalu apa? Kamu sudah buat calon suami saya, orang yang saya cintai pergi untuk selama-lamanya! Kamu pikir itu tidak sakit? Melihat orang yang saya cintai terbujur kaku tidak bernyawa tepat sebulan sebelum kami melangsungkan pernikahan! Ini sakit, Lan! Sakit!" Shena berdesis seraya meneteskan air matanya, kedua tangan gadis itu memukul-mukul dada bidang Airlangga. Pemuda gagah itu hanya diam. Ia sedapat mungkin menahan gejolak emosi yang menggelanyuti hati dan pikirannya. Tanpa pikir panjang, Airlangga menggenggam kedua tangan Shena dengan kedua tangannya. Mencengkeram kedua tangan itu erat lalu menatap kedua manik mata Shena yang sudah basah karena bulir bulir bening masih terus mengalir dari pelupuk matanya.

"Memangnya hanya kamu yang sakit? Memangnya hanya kamu yang menderita kehilangan Damara? Saya juga, Shena.. Saya juga.. kamu bahkan tidak merasakan bagaimana jadinya saya melihat sahabat saya tumbang. Kalau kamu sakit, saya lebih sakit!" geram Airlangga. Pemuda itu mengeratkan rahang kokohnya, menatap kedua manik Shena dengan manik mata berkaca kaca. Tanpa sadar kedua dahi mereka bertemu. Jarak wajah mereka berdua benar benar sangat dekat saat ini.

"Saya minta maaf.. saya sudah merenggut kekasihmu.." desis Airlangga. Shena kembali menangis, gadis itu meronta, dan hendak kembali memukul Airlangga, namun Airlangga menangkap tubuh Shena dan mendekap tubuh mungil itu erat.

"Lepasin saya!"

"Saya minta maaf.."

"Kamu tidak pantas disebut sebagai seorang sahabat!"tegas Shena.

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang