"Saya tidak menyangka jika saya satu tim dengan kamu, Akbar dan—Nana.." ucap Airlangga sesaat setelah rapat gabungan itu usai. Airlangga menyempatkan berkumpul dan bertemu dengan Akbar dan Kirana sekaligus menemui anggota tim yang lain. Akbar beberapa kali melirikkan manik matanya ke arah Kirana yang nampak acuh.
"Saya tidak menyangka jika Nona Mikha adalah salah satu intelejen kita," ucap Akbar sesaat setelah melihat Mikha hadir dan berdiri di antara mereka. Mikha tersenyum dan mengangguk. "Saya terpilih mungkin karena saya diam-diam menyelidiki proyek Miangas tempat ayah saya bertugas dulu," ucap Mikha seraya tersenyum dan menatap ke arah Airlangga.
"Kalau begitu sampai ketemu di Batujajar, saya harus segera kembali ke kantor untuk mengurus segala perijinan, saya permisi," ucap Mikha seraya tersenyum menatap rekan-rekannya yang lain. Kirana hanya mengangguk acuh, berbeda dengan Akbar yang tersenyum lebar seraya menatap kepergian Mikha. Airlangga melihat ke arah Kirana sejenak, mereka berdua sempat beradu tatap sepersekian detik sebelum Airlangga memutuskan untuk mendahului dan menyusul kepergian Mikha.
"Lho.. eh.. Lho.. eh.. itu kok.. kok.. malah jalan sama Mikha tunangan lo?" tanya Akbar seraya menunjuk ke arah Airlangga dan Mikha yang sedang terlibat sebuah pembicaraan. Kirana menatap interaksi kedua orang tersebut. Kirana membuang nafas kasar namun tidak berkomentar lebih. Gadis itu justru memilih mengambil jalan lain untuk turun dari lantai atas Mabes TNI.
"Maaf, Nona Mikha.. bisa saya mengganggu sejenak.." ucap Airlangga sopan. Mikha tersentak namun tak lama gadis anggun itu tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu, AKP Airlangga?" tanya Mikha.
"Mohon panggil saya dengan Airlangga saja atau Erlan. Tidak enak jika menyebutkan pangkat," ucap Airlangga seraya tersenyum. Mikha mengangguk paham lalu kembali melangkahkan kakinya beriringan dengan Airlangga.
"Ada apa, Bang Erlan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Mikha kemudian.
"Soal beberapa ilmuan dan dokter yang sempat tergabung dalam Proyek Miangas yang tadi sempat anda sebutkan.. salah satunya adalah Profesor Arya direktur bank darah, apa yang anda maksud adalah Profesor Arya Hasta Bratadikara?" tanya Airlangga dengan raut wajah seriusnya. Mikha berhenti sejenak, gadis itu kemudian menatap Airlangga dengan alis terangkat satu.
"Dari mana anda—" Mikha diam sejenak, ia kembali mengamati Airlangga dan tersenyum. "Saya lupa jika anda juga menyandang nama besar Bratadikara. Apakah anda—Putra Prof Arya?" tanya Mikha. Airlangga diam sejenak, tidak ada seorang pun yang mengetahui fakta ini selain keluarganya.
"Apa—ada yang salah?" tanya Mikha kemudian saat mendapati Airlangga hanya diam terpaku ditempatnya. Airlangga tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Saya hanya menebak dan menanyakan saja, Nona." Ucap Airlangga dengan senyum samar di bibirnya.
"Memang tebakan anda benar, Bang Erlan. Prof Arya adalah salah satu orang yang tergabung dalam Proyek Miangas, kebetulan Prof Arya adalah rekan kerja almarhum ayah saya sejak lama. Saya dengar Prof Arya mengalami sakit secara tiba-tiba dan misterius. Beliau adalah salah seorang ilmuan yang terakhir kali menyatakan berhenti dari Proyek Miangas ini. Prof Arya juga menjadi target pembunuhan, namun sepertinya dewi fortuna masih memihaknya. Sehingga dia bisa mendapatkan penanganan lebih cepat." Terang Mikha. Airlangga kembali terdiam, netranya menerawang jauh lalu tak lama ia mengangguk dan mohon diri pad Mikha. Pemuda gagah itu berlari dengan cepat menuju mobilnya. Ia kembali membuka ponsel pintarnya, mencoba menghubungi Mutia, adik tirinya yang beberapa lalu sempat meminta Airlangga menemui dirinya.
"Halo, Muti—"
"Erlan..ini tante Laura..Mutia—hilang, tante sudah lapor ke kantor polisi dan baru saja Tante dapat kabar kalau posisi Mutia ada di rumah sakit Medistra—kecelakaan. Tante sedang menunggu papa kamu di Medical Centre, tidak bisa ditinggal, tante minta tolong kalau Erlan mau—tolong lihat keadaan Mutia.. tante sedang kirim orang ke sana—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AksiTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...