Mission X | Aku Khawatir

1.2K 136 7
                                    

"Maaf ya, Na.. Perjalanannya agak lama. Jadi Kapolsek di daerah perbatasan, aksesnya agak susah, rumah dinas juga di ujung begini belakangnya langsung hutan, " ucap Airlangga saat mereka telah sampai di sebuah rumah dinas yang terletak di tengah hutan. Kirana menatap sekelilingnya. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan wanita itu saat berada di tempat baru. Membuka seluruh pintu, memeriksa setiap sudut, dan memeriksa sekelilingnya. Kirana lalu menatap suaminya dan tersenyum.

"Nggak masalah. Yang penting ada tempat berteduh. Kalau masalah hutan, aku kan sudah sering tinggal di hutan. Malah tanpa atap dan rumah. Hujan kehujanan, panas kepanasan. Makan seadanya, kalau waktu sedang mujur bisa makan ransum, tapi kalau sedang tidak mujur hanya menyantap dedaunan atau buah sedapatnya, asal tidak beracun, mau buang air susah.. Ini sudah jauh lebih nyaman, Mas.. " jawab Kirana. Airlangga bernafas lega. Sebelum kepindahannya di tempat tugas yang baru, Airlangga memastikan keadaan rumah dinasnya terlebih dahulu, mengecatnya, membuat beberapa perubahan kecil agar terlihat lebih nyaman dan artistik. Ia menginginkan keadaan dan suasana rumah yang senyaman mungkin, mengingat letak dan kondisi sekitar yang jauh dari keramaian, ia tidak ingin istrinya jadi merasa tidak nyaman berada di rumah dinas tersebut. Namun satu yang membuat Airlangga beruntung, Kirana tidak seperti wanita kebanyakan yang manja dan banyak maunya, entah jika Airlangga tidak menikah dengan Kirana, tinggal di tengah hutan seperti ini pasti sudah minta pulang duluan. Perjalanan dari Kota  juga sudah sangat melelahkan. Penerbangan dengan pesawat lalu perjalanan dengan mobil selama satu jam menuju dermaga dilanjutkan perjalanan dengan speedboat kurang lebih tiga jam lamanya, masih harus dilanjutkan dengan perjalanan darat selama tiga puluh menit sebelum akhirnya sampai ke rumah dinas itu. Lelah, sudah pasti,  tapi sepertinya Kirana masih belum merasa lelah.

Wanita itu segera saja mengambil peralatan untuk bersih bersih. "Kamu nggak capek, Na?" tanya Airlangga.

"Capek. Tapi besok kita kan sudah mulai kerja di tempat baru jadi harus di kerjakan sekarang, Mas.. " Jawab Kirana. Dia sudah sibuk menyapu seluruh rumah, berganti dengan menyapu halaman. Kirana kembali menatap sekeliling, rumah dinas itu nampak sepi. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang disana. Lokasinya pun berada di perbukitan. Kelebihannya, udara dan pemandangan sekitar sangat indah hanya saja minusnya, tetangganya berjauhan, akses sulit, dan tidak ada warung sama sekali. 

Kirana nampak mengusap peluh yang mengalir dipelipisnya lalu mengernyit menatap Airlangga yang membawa dua buah minuman dingin.  Untungnya, Airlangga sudah meminta anggotanya untuk mengisi rumah dinasnya dengan beberapa perabot termasuk kulkas, mesin cuci, tempat tidur, beberapa peralatan dapur, dan juga beberapa meja serta sofa tamu, paling tidak, rumah dinas Airlangga tidak kosong-kosong amat. 

"Minum dulu.. " ucap Airlangga seraya mengusap peluh di wajah Kirana. Wanita itu meneguk minuman pemberian suaminya dengan cepat hingga tandas membuat Airlangga terkekeh, namun tak lama netranya memicing pada sebuah mobil jeep dengan plat nomor dinas mendatangi mereka. 

"Selamat sore, Kompol Airlangga," ucap salah seorang dari mereka seraya memberikan hormatnya pada Airlangga. Beberapa orang laki-laki dan wanita turun dari mobil tersebut, rupanya mereka adalah beberapa orang anggota Airlangga yang hendak memberikan ucapan selamat datang kepada atasannya yang baru. Kirana mempersilakan anggota suaminya itu untuk masuk dan duduk. Ia nampak ramah menyapa ibu-ibu bhayangkari lainnya, tidak tampak rasa canggung sama sekali dari tutur kata dan sikap Kirana. Kirana juga sengaja membuatkan minuman dingin untuk tamu-tamunya itu. 

"Sekali lagi kami mengucapkan selamat datang dan selamat bertugas. Kompol Airlangga ditempat tugas yang baru. Yaah beginilah tempat tugas kami, di perbatasan, jauh dari keluarga di kampung yaa.. semoga Bapak dan Ibu Komandan ini bisa menerima kami semua sebagai satu keluarga besar," ucap AKP Awan, anak buah Airlangga. Laki-laki itu tersenyum dan meraih jemari Kirana untuk digenggam, sempat membuat Kirana mengernyitkan dahinya, namun sepertinya Kirana sudah terbiasa dengan sikap Airlangga yang satu itu. Bila berada di tempat umum, entah sedang berhadapan dengan keluarga ataupun orang lain, Airlangga selalu meraih tangan Kirana untuk digenggam seperti sekarang, entah apa maksudnya. 

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang