"Siap, menerima perintah, Komandan!"
sahut Sastra salah seorang anak buah Airlangga yang malam itu sempat di telepon oleh pria tampan itu. Airlangga sengaja beranjak dari tempat tidurnya setelah memastikan Kirana sudah benar benar tertidur setelah perdebatan panjang mereka tadi. Airlangga membuka pintu rumahnya dan sengaja menghubungi salah seorang anak buahnya setelah ia mengetahui jika Kirana esok akan ditugaskan berjaga di Pos Macan Kumbang. Airlangga tahu benar pos apa itu, bagaimana situasi dan kondisi di pos tersebut, yang membuatnya terkejut adalah beberapa laporan intelejen yang menyampaikan jika di Pos Macan Kumbang itu terjadi sebuah transaksi ilegal yang dilakukan oleh oknum aparat dengan kelompok kriminal bersenjata pimpinan Fadillah.
"Untuk Pos Macan Kumbang, kamu sudah pastikan jika oknum itu adalah anggota dari Pos Kijang Lima Dua?" tanya Airlangga dalam sambungan teleponnya.
"Siap, benar, Komandan. Saya dan beberapa orang anak buah saya sudah mulai menyelidiki masalah ini, karena jujur saja, sejak dua bulan yang lalu anak buah dari Kelompok pimpinan Fadillah ini sering terlihat memasuki perbatasan secara ilegal. Kami sempat melakukan pengejaran dan mereka lolos melewati pos macan kumbang ini, Komandan. Penyerangan yang dilakukan oleh kelompok Fadillah juga berada di pos Macan Kumbang ini, Komandan. Mohon petunjuk, Ndan.." ucap Sastra. Airlangga menghembuskan nafas kasar. ia kemudian memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa begitu nyeri. Pusing mendadak.
"Saya sebenarnya tidak ingin mencampuradukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan ini, Sas.. tapi--baru saja istri saya menyampaikan jika dirinya ditugaskan di pos ini besok pagi, entah kenapa perasaan saya tidak enak," ucap Airlangga dengan suara berat.
"JIka memang demikian, saya siap berada di lokasi dengan beberapa anggota untuk melakukan pengawalan terhadap Sertu Kirana, Ndan.."ucap Sastra mantap. Airlangga kembali menghela nafas panjang, ia sangat paham bagaimana Kirana, bisa bisa wanita itu mengamuk jika mengetahui Airlangga mengirimkan anak buahnya untuk melakukan penjagaan. Airlangga menghembuskan nafas kasar lalu kembali menatap lurus ke depan. "Besok saya sendiri yang akan diam diam mengikuti istri saya. Kamu lebih baik laporkan temuan kita ini kepada Pasintel mereka, biarkan mereka yang menyelidiki hal ini sendiri. Mereka juga memiliki kewenangan sendiri soal ini. Ya sudah kalau begitu, maaf saya sudah mengganggu waktu istriahat kamu, Sas.. Selamat malam," ucap Airlangga sebelum akhirnya menutup sambungan teleponnya. Pria itu kembali berjalan masuk dan merebahkan diri di atas ranjang, tepat di samping Kirana.
Airlangga sengaja memiringkan tubuhnya dan menyangga kepala dengan tangan kirinya untuk dapat memandangi wajah cantik dan tegas Kirana yang nampak begitu damai saat sedang memejamkan matanya. Airlangga mengusap lembut wajah cantik Kirana sebelum mengecup lembut bibir istrinya itu. "Aku begitu khawatir dengan tugasmu, Na.. Pos Macan Kumbang itu tidak aman, tapi bagaimanapun juga itu adalah tugasmu. Papa Gading membeberkan padaku, bagaimana dia memberikan tugas khusus ini untuk mengungkapkan pengkhianatan yang dicurigai dilakukan oleh beberapa oknum. Kamu tenang saja, aku sudah berjanji padamu, selama jantungku ini masih berdetak dan nafas ini masih berhembus, tidak ada hal lain yang lebih penting selain melindungimu, Na.." bisiknya sebelum akhirnya melingkarkan tangan ke tubuh ramping Kirana dan menarik wanita itu ke dalam dekapannya.
***
Keesokan paginya, Airlangga sengaja berpura-pura memejamkan manik matanya saat ia merasakan tubuh Kirana kian menjauh dan kecupan pagi yang mesra mendarat di pipi kanannya. Ia tahu, Kirana sengaja bergerak dengan sangat pelan agar tidak membangunkan pria itu pagi pagi buta. Airlangga membuka manik matanya dan menatap ke arah jam dinding yang terpajang datas pintu kamar mereka. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tiga pagi, tetapi Kirana sudah bangun dan mulai mempersiapkan diri. Airlangga pada akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri Kirana yang pagi itu sudah nampak rapi dengan seragam lorengnya. Airlangga memeluk tubuh Kirana dari belakang dan sempat membuat wanita itu terkejut karena pelukan erat suaminya membuatnya sedikit sulit bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AksiTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...