"Eagle pada posisi, melapor pada Jaguar.. sandera terlihat tergantung di pohon dekat dengan perkemahan. Sisi utara, ijin petunjuk, " Ucap Anjas dalam sambungan telekomunikasinya dengan komandan tim mereka. Anjas memicingkan manik matanya menatap kedalam tele pada senjatanya, hatinya berdesir saat melihat keadaan Kirana yang tidak terlampau baik. Kirana nampak tergantung di salah satu batang pohon dalam posisi terbalik, belum lagi tubuhnya yang terikat itu nampak lemah bahkan nyaris tidak bergerak.
"Bagaimana keadaan sandera?" tanya Samudera. Kali ini Samudera turun langsung untuk menyelamatkan anak perempuan kesayangannya. Setelah mendapatkan telepon dari Airlangga pagi tadi, tentang penculikan yang dialami oleh Kirana, ia segera mengumpulkan dream team setelah mendapat ijin khusus dari Bapak Panglima. Samudera memimpin sendiri tim asuhannya itu dalam aksi kali ini.
"Sepertinya kondisinya tidak terlalu baik, Komandan. Beauty tidak bergerak, saya juga melihat tetesan darah mengalir dari kepalanya.." ucap Anjas. Samudera memejamkan manik matanya, sejenak ia menahan nafasnya sebelum akhirnya menghembuskannya kasar.
"Tetap pada posisi. Laporkan perkembangan jika ada tanda tanda Angkasa memasuki lokasi musuh. Tetap awasi kondisi Beauty, " ucap Samudera. Ia kembali memicingkan manik matanya pada tele senjatanya. Samudera kini berada di sekitar jarak 2 kilometer dari lokasi targetnya. Membidik setiap target dan mencari keberadaan Fadillah yang kali ini menjadi target utamanya.
"Harry potter pada Jaguar, terlihat Angkasa memasuki lokasi target dengan salah seorang anak buahnya dan enam orang yang terikat tangannya. Dapat dipastikan mereka adalah anak buah Fadillah, " ucap Akbar. Samudera berdehem memberikan jawaban atas laporan Akbar. "Tetap pada posisi. Jangan ada yang bertindak sebelum Beauty ada dalam pelukan Angkasa, " ucap Samudera tegas yang segera disahuti siap oleh seluruh anggota Dream Team.
Sebelum memutuskan untuk melakukan penyerangan, Samudera dan juga Bapak Panglima sudah memastikan terlebih dahulu ijin dari menteri luar negeri terkait dengan penyelamatan sandera ini. Menurutnya, pihak negara tetangga juga sedang mengincar keberadaan Fadillah, untuk itu mereka memberikan ijin walau hanya dengan waktu yang sangat terbatas, dua jam saja, maka dari itu, operasi penyelamatan dan penumpasan teroris ini harus dilaksanakan dalam tempo yang singkat. Tidak boleh ada kata gagal!
Airlangga berjalan bersama ke enam anak buah Fadillah yang berhasil ia tangkap kemarin. Ia ditemani Sastra, berjalan menyusuri hutan dan pada akhirnya sampai pada sebuah lokasi perkemahan yang sengaja dirancang sebagai lokasi pelatihan. Mirip seperti camp militer. Airlangga mengedarkan pandangan ke segala arah, kali ini kedatangannya langsung disambut oleh beberapa anak buah Fadillah yang berjaga di sekitar lokasi pelatihan tersebut.
"Dimana pimpinanmu?" tanya Airlangga ketus.
Salah seorang dari mereka menatap Airlangga, lalu beralih menatap keenam rekan mereka yang sempat tertangkap dan terakhir menatap Sastra sebelum akhirnya tersenyum miring.
"Serahkan dulu mereka berenam, baru anda akan bertemu dengan Tuan Fadillah," ucapnya tegas. Airlangga menggelengkan kepalanya. "Saya ingin melakukan tukar menukar yang sepadan! Mana pimpinanmu dan dimana istri saya? Saya harus memastikan jika istri saya dalam keadaan baik!" tegas Airlangga.
"Tenang, Bapak Kapolres yang terhormat.." suara bariton itu membuat Airlangga menelengkan kepalanya, menatap ke belakang tubuh dari anak buah Fadillah yang menghadangnya. Airlangga membulatkan manik matanya saat melihat Fadillah menyeret lengan kiri Kirana, jantungnya seolah berhenti berdetak saat mengetahui kondisi Kirana jauh dari kata baik. Jalannya gontai, sedikit pincang, kedua kaki dan tangan terikat, belum lagi wajahnya berlumuran darah, tubuhnya kotor bercampur lumpur dan juga darah yang sudah mengering.
Melihat keadaan itu, Airlangga mengambil pistol dari dalam jaketnya dan segera mengarahkan pistol itu langsung pada Fadillah.
"Angkasa, kuasai dirimu!" ucap Samudera dalam sambungan komunikasinya. Suara Samudera itu rupanya tidak terlalu terdengar ditelinganya, kali ini pendengaran Airlangga seperti tertutup oleh emosi dan gemuruh di hatinya yang terdengar jauh lebih lantang daripada suara tegas sang mertua. Airlangga masih menodongkan senjatanya dan menatap tajam ke arah Fadillahh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AksiTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...