Mission X | WAR!

942 138 32
                                    

"Kamu—terkejut?" tanya Airlangga saat melihat respon diam Kirana. Gadis itu menoleh dan tersenyum tipis. "Sedikit." Airlangga mengangguk paham. Ia lalu kembali mempersiapkan senjatanya dan tersenyum miris. "Kehidupan keluarga saya sebelum bertemu dengan Papa Gading memang tidak banyak diketahui orang.Saya paham jika setelah ini kamu—memilih untuk mundur karena saya bukan berasal dari keluarga yang utuh dan sempurna sepertimu, Na," ucap Airlangga. Kirana kembali diam. Ia menatap sekeliling seraya memperhatikan drone yang tadi berhasil ia terbangkan kembali.

"Na?" sapa Airlangga saat ia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kirana.

"Saya—tidak terlalu mempermasalahkan darimana kamu berasal, Mas. Saya sadar, kita, sebagai anak tidak dapat memilih ingin dilahirkan oleh siapa, dari latar belakang dan keturunan yang seperti apa. Kita ada dengan kondisi yang sudah digariskan. Saya tidak terlalu melihat masa lalu keluarga Mas, yang penting,Mas bisa menjaga amanah saat sudah menyandang status sebagai seorang suami nantinya," ucap Kirana seraya tersenyum tipis. Airlangga tertegun menatap Kirana lalu membalas senyum manis gadis itu.

"Sepertinya Mama saya benar-benar tidak salah pilih," desis Airlangga seraya menunduk malu. Entah mengapa wajahnya nampak memerah dan tiba-tiba saja memanas.

"Maksud Mas apa?" tanya Kirana tidak paham.Ia juga sebenarnya sejak tadi berusaha menetralkan kinerja jantungnya yang sudah berdegup tidak karuan. Entah mengapa ada sensasi aneh yang ia rasakan saat sedang bersama dengan Airlangga.

"Na.."

"Hmm.."

"Kamu percaya nggak, kalau hubungan yang dimulai saat sedang menghadapi situasi genting dan penuh bahaya itu tidak berakhir baik?"tanya Airlangga. Kirana mengernyitkan dahinya menatap Airlangga heran sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Menurut saya, semua itu tergantung komitmen dari dua pribadi, Mas. Orang biasa saja juga bisa bubar jalan kalau masing-masing orang tidak memegang prinsip dan komitmen," ucap Kirana. Ia kembali memfokuskan pandangannya pada layar monitor. Kirana kini adalah penentu kapan dan dimana mereka dapat melakukan penyerangan dan mengejutkan musuh, jadi sedapat mungkin Kirana mengawasi situasi dan kondisi sekitar dengan lebih teliti.

"Na.."

"Ya?"

"Kamu percaya nggak sama cinta pada pandangan pertama?" Kirana kembali mengernyitkan dahinya, sepertinya kali ini pembicaraan Airlangga sudah mulai ngelantur saja. Kirana diam sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Karena buat saya, jatuh cinta itu harus diawali dengan kesan, dan biasanya saya akan terkesan jika saya sudah berbicara dengan orang tersebut, baru saya dapat memutuskan apakah saya jatuh hati atau tidak,"jawab Kirana.

"Kalau begitu—apa kamu sudah jatuh hati dengan saya?"

Kirana terkesiap dan menoleh menatap Airlangga. Gadis itu mengerjap ngerjapkan kedua manik matanya seraya menggigit bibir dalamnya. Demikian pula dengan pemuda itu, kini ia tengah menatap Kirana penuh arti tepat di kedua manik mata indah Kirana yang menyorot begitu tajam. Keduanya saling memandang, sebelum akhirnya Shena menginterupsi.

"Sepertinya kita harus mulai bergerak sekarang, Angkasa," ucap Shena. Kirana dan Airlangga menoleh menatap bersamaan pada sumber suara. Airlangga menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya ia kembali menatap Kirana dan tersenyum.

Airlangga terkesiap saat ia mendengar sebuah langkah kaki dan suara teriakan beberapa kali.

"Tim, waspada.. sepertinya kita kedatangan tamu," ucap Airlangga. Ia kemudian merendahkan posisi duduknya, bersembunyi diantara semak-semak, demikian pula dengan rekan satu tim yang lainnya. Kirana kini justru memilih berjalan sedikit menjauh dari kelompoknya dan membuat persembunyian sendiri dibalik batu besar. Ia sengaja mencari lokasi jauh lebih tinggi di bandingkan dengan beberapa rekan yang lain agar lebih mudah dalam melakukan penyerangan.

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang