"Kamu beneran ketiduran, Na?" tanya Airlangga sesaat setelah Kirana membukakan pintu balkon dan berdiri di muka pintu dengan rambut yang sudah acak acakan dan netra yang menatap sayu. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, wajahnya nampak polos seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
"Maafi, Mas Erlan, setelah mandi tadi Nana pikir Nana ada di kamar ini sendirian jadi yaa Nana langsung baring aja lanjut tidur.."jawabnya datar. Airlangga menatap heran ke arah Kirana. Seraya berulangkali menggelengkan kepalanya. Jika pasangan lain, pasti malam ini akan terasa begitu panjang, romantis, dan tak terlupakan. Tapi bagi Airlangga--aahh sudahlah. Ekspektasi tentang malam pertama yang katanya seperti merasakan surga dunia itu musnah sudah.
"Jadi kamu lupa kalau aku ini sekarang sudah jadi suamimu?"
Kirana menganggukkan kepalanya tanpa dosa. Ahh.. sekarang rasanya Airlangga ingin mencubit gemas pipi Kirana karena entah kenapa saat ini Kirana nampak begitu menggemaskan. "Maaf.." cicitnya kemudian. Airlangga mengacak puncak kepala Kirana dan mencubit hidung mancung gadis itu.
"Udahlah, mending kita tidur lagi sekarang.." ucap Airlangga dengan melangkah santai menuju ranjang dan duduk di bibir ranjang. Sementara itu, Kirana hanya diam ditempatnya dan menatap nanar ke arah Airlangga.
"Ada apa, Na?" tanya Airlangga saat melihat Kirana nampak diam ditempat dengan tatapan yang begitu aneh.
"Kalau Mas Erlan tidur di situ, biar Nana tidur di sofa aja.."ucap Kirana pelan.
"Lho, kok di sofa, ayo, tidur saja diranjang, di sebelah Mas," ucap Airlangga seraya menepuk sebelah ranjangnya. Kirana menatap tangan kanan Airlangga yang berada di sisi ranjang yang lain lalu gadis itu kembali menunduk dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak ah.. Nana di sofa aja."
Airlangga bangkti dari duduknya dan menghadang Kirana dengan melingkarkan tangan kanannya di pinggang Kirana, membuat Kirana berjengit kaget karena posisinya saat ini begitu dekat dengan Airlangga. Bahkan Kirana dapat merasakan dengan jelas hembusan nafas Ailangga di wajahnya.
"Kita ini sudah menikah, Na. Sudah tidak menjadi masalah kalau kita tidur bersama.." bisik Airlangga. Kirana mendongak, menatap Airlangga yang entah bagaimana terlihat berlipat lipat lebih tampan dari sebelumnya. Netra Kirana tiba tiba saja berbinar, wajahnya memanas, dan pipinya bersemu merah sebelum akhirnya Kirana kembali menundukkan kepalanya.
"Nana takut.." cicitnya lirih. Airlangga kembali menaikkan satu alisnya menatap Kirana heran. Saat ini Airlangga sudah mati-matian menahan tawanya lantaran wajah Kirana benar benar lucu. Dia seorang tentara, penembak runduk lagi, berada di dalam hutan berhari hari dan berahadapan dengan kelompok bersenjata saja dia tidak takut, tetapi malam ini Kirana takut berhadapan dengan Airlangga.
"Takut apa, hm?" Airlangga tersenyum begitu manis dengan tangan kanan yang mulai meraba lengan Kirana naik hingga ke wajahnya. Mengusap lembut wajah cantik gadis itu dan membenarkan anak rambut Kirana yang menjuntai.
"Hmm.. Itu.. Nana.. hmm.." Kirana kini berusaha sekuat tenaga menggigit bibir bawahnya terlebih saat melihat wajah Airlangga kian mendekat dengan tangan kirinya yang melingkari pinggang hingga ke perut Kirana, membuat posisinya kini menjadi lebih dekat lagi dengan Airlangga.
"Kalau kamu nggak siap, aku nggak akan maksa minta hak aku malam ini, Na.. Gimana pun juga butuh sedikit waktu untuk bisa menyerahkan hati dan diri kita sepenuhnya pada orang yang belum terlalu lama kita kenal," ucap Airlangga setengah berbisik. Kirana hanya diam, membeku di tempatnya. Ia kembali menahan nafas saat tangan kanan Airlangga mulai mengusap lembut bibirnya. "Tapi yang jelas kamu harus tau, aku jatuh cinta sama kamu,Na.. Aku sayang sama kamu dan akan menerima kamu apa adanya.." ucap Airlangga masih dengan mengusap lembut bibir Kirana. GAdis itu hanya terpaku, sepertinya otaknya membeku terlebih saat hidung mancungnya dan hidung mancung Airlangga beradu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AcciónTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...