Mission X | Ancaman lain

953 123 35
                                    

"Airlangga!"

Suara raungan itu membuat Airlangga terkesiap. Terlebih saat melihat Arya meronta dari cekalan anak buah Gading. Pria setengah baya itu meronta sekuat tenaga, hingga dua orang yang sedang mencekalnya tak kuasa menahan kekuatan Arya meronta hingga akhirnya ia dapat melepaskan diri. Arya melihat sebuah pistol di balik jaket salah seorang anak buah Gading. Arya mengambil pistol itu dengan gerakan cepat dan berhasil merebut pistol tersebut. Tanpa basa basi Arya segera menodongkan pistol itu ke arah Airlangga yang saat itu sedang berdiri tepat dihadapannya walau jaraknya tidak terlampau dekat.

"Mati kau, Erlan!" Raung Arya sebelum akhirnya menembakkan dua buah peluru ke tubuh Airlangga. Tembakan pertama mengenai perut Airlangga dan tembakan kedua bersarang di dadanya, membuat Airlangga jatuh tersungkur seketika.

Dari kejauhan, Kirana menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kekacauan yang dibuat oleh Arya. Kirana melihat melalui tele pada senjatanya bagaimana Airlangga limbung, jatuh tersungkur diatas tanah.

"MAS ERLAN! " raungnya.

Tanpa pikir panjang Kirana menarik pelatuk senjatanya setelah merasa bidikannya tepat pada sasaran.

Dor!

Satu buah peluru melesat dari senjata laras panjangnya dan tepat bersarang di kepala Arya. Membuat pria setengah baya itu tewas seketika. Kirana segera membereskan peralatannya dan memasukkan semuanya ke dalam tas ransel besar sebelum akhirnya ia mengambil tali rapling, mengikatnya pada pilar dan meluncur turun hingga ke lantai dasar. Cepat cepat Kirana mengambil motor tril yang ia gunakan untuk mengintai tadi. Gadis itu bergegas menuju lokasi tertembaknya Airlangga yang berjarak kurang lebih dua kilometer dari tempatnya berada saat ini. Kirana memacu motornya dengan kecepatan tinggi, menghindari kendaraan kendaraan yang ada dihadapannya tanpa peduli jika Kirana nyaris saja menabrak sebuah truk.

Sesampainya di rumah sakit Mitra Sehati, Kirana segera mencari jalan untuk menghampiri Airlangga, merasa perlu mengetahui keadaan calon suaminya itu. Kirana terkejut saat sebuah lift terbuka dna menampilkan Anjas di dalam sana bersama dengan sebuah brangkar yang dibawa dengan berlari. Mas Erlan.

Kirana menatap nanar Airlangga yang tak sadarkan diri itu dari tempatnya. Kirana berusaha menghampiri Airlangga yang bersiap di bawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan intensif, mengingat kondisi dan keadaan di rumah sakit Mitra Sehati masih sangat kacau. Kirana nampak terkejut terutama saat melihat salah seorang petugas medis berada di atas tubuh Airlangga dan memompa dada bidang pemuda itu. Belum lagi netra Airlangga yang terpejam membuat tubuh Kirana sedikit lemas dan jantungnya berdesir.

"Serda Kirana.. "

Kirana menegakkan tubuhnya dan memberikan hormatnya tegas pada Bapak Panglima.

"Apa kamu yang menembak mati Profesor Arya tadi" tanya Panglima.

"Siap, Benar, Panglima, Saya mohon maaf karena tidak mendengarkan perintah Panglima membawa profesor hidup-hidup," Jawab Kirana tegas. Bapak Panglima menatap Kirana sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Kerja bagus, Serda Kirana. Lagipula Profesor sudah menembak salah seorang anggota Dream team, apa yang kau lakukan tadi sudah benar. Saya akan memasukkan namamu dan anggota dream team lain dalam penerimaan tanda jasa dan usulan kenaikan pangkat. Kerja keras dream team dalam misi ini patut diberikan apresiasi lebih, " ucap Panglima. Kirana menatap Bapak Panglima itu lalu berkata, " Tugas kami masih belum selesai, Panglima. Profesor Arya barusaja menculik Om saya dan keluarganya. Kemungkinan besar mereka dibawa ke tempat dimana Profesor Arya menyembunyikan bom biokimia itu, Panglima, " ucap Kirana tegas. Panglima terdiam sejenak. Ia lalu meminta Kirana untuk melakukan penyisiran berkaitan dengan keberadaan Yudhistira dan bom biokimia tersebut.

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang