"Masih inget aku?" sarkas seorang gadis dengan jas putihnya yang kini sedang bersedekap setelah membuka maskernya itu saat melihat Chandra datang.
"Masih marah?" tanya Chandra dengan senyum usilnya.
"Kalau di ghosting terus ya marah lah.. Kemarin kemarin kemana aja?! Ngeselin banget nggak bisa dihubungi sama sekali!" cibirnya seraya mencebikkan bibirnya. Chandra mengacak puncak kepala gadis itu gemas. "Sibuk.. Sejak kapan sih nggak aku hubungi jadi buat kamu kesel gini? Biasa juga jarang kasih kabar.. " ucap Chandra.
"Yaa nggak kasih kabar kalau bukan siapa siapanya.. Katanya kamu sayang sama aku kenapa nggak kasih kabar? Kabur kayak cowok cowok lain di luar sana?! Atau kamu selingkuh? Katanya aku prioritas? Tapi kok kena ghosting terus?!" kesalnya. Wajah marah gadis itu justru membuat Chandra terkekeh dan mencubit kedua pipi gadis itu gemas.
"Maaf ya, Ziva sayang.. Kemarin bener bener sibuk. Kamu masih jadi prioritas aku kok. Cuma kemarin emang karena kerjaan aja yang nggak memungkinkan buat hubungin kamu, " ucap Chandra seraya tersenyum lebar.
"Terus sekarang tiba tiba dateng dengan wajah lebam lebam nih kenapa?! Kalau mau visum bukan disini tempatnya!" Kesal Ziva. Chandra kembali terkekeh. Entah mengapa menghadapi Ziva ini seperti dia sedang berhadapan dengan Kirana. Galak dan juteknya sama.
Chandra menarik tangan Ziva, mengajak gadis itu menuju ke ruangan kosong di tangga darurat Rumah Sakit Harapan, tempat kerja Ziva. "Kamu bisa bantuin aku?" tanya chandra seraya menunjukkan saru botol kecil ampul berisi cairan warna hijau itu pada Ziva. Gadis itu mengernyit menatap botol yang ditunjukkan Chandra padanya itu.
"Apa ini?" tanya Ziva.
"Ceritanya panjang, tapi singkatnya ada orang jahat yang ingin menyebarkan wabah penyakit di negeri ini. Kirana berhasil ambil satu sampelnya. Dan kata dia darah darah yang dikirimkan oleh Bank Darah hampir seluruhnya disuntikkan dengan cairan ini juga. Bisa kamu teliti apa ini? Aku nggak punya kenalan orang lab kecuali kamu, Ziva. Jadi.. Aku minta tolong.. " Ucap Chandra. Ziva menatap Chandra nanar lalu mengambil botol kecil itu.
"Aku usahakan secepatnya.. " jawab Ziva. Chandra tersenyum girang lalu menangkup wajah Ziva dan mengecup puncak kepala gadis itu.
"Kirim ke aku hasilnya nanti.. Aku tunggu.. " ucap chandra sebelum berlari meninggalkan Ziva.
"Nemuin siapa sih, Bang? Lama amat?" cibir Gilang.
"Tahu nih! Kita kita nggak boleh ikutan!" lanjut Galang.
"Nggak usah banyak protes deh! Mau makan pizza nggak?" Ucap Chandra.
"Kita nggak terima suap.. " celetuk Gian.
"Tapi kalau dipaksa makan yaa nggak nolak sih.. " ucap Galang. Kirana menghembuskan nafas panjang. Entah berapa jumlah makanan yang sudah masuk ke perut tiga saudara kembar itu, perasaan sejak tadi mereka bertiga seolah tidak punya rasa kenyang.
Setelah berhenti sejenak di tempat penjual Pizza Kirana dan rombongan akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke rusunawa tempat Soleh berada.
"Kita udah sampai.. " Celetuk Kirana. Semua orang turun dari mobil itu. Kirana sengaja membuka bagasi mobilnya dan mengambil beberapa pucuk senjata lalu memberikannya pada Chandra.
"Untuk jaga jaga, Bang.. " Chandra mengangguk saat menerima lemparan senjata dari adiknya itu. Kirana menatap sekeliling rusunawa yang nampak lusuh dan sepi itu.
"Kayak Rusunawa terbengkalai nggak sih?" ucap Gian seraya berjalan di belakang Kirana.
"Tapi lokasinya titiknya betulan disini.. " ucap Galang seraya memastikan kembali hasil pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AksiTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...