Mission X | Confession

1K 144 57
                                    

Dor!

Airlangga terkesiap, sepersekian detik ia memejamkan manik matanya dan menyadari jika letusan tembakan itu tidak berasal dari senjata yang ditodongkan ke arahnya. Dengan cepat Airlangga memberikan tendangan memutarnya dan merebut senjata yang ada di gengaman tangan musuhnya lalu menembakkannya ke arah dua orang musuh yang tersisa. Nafas Airlangga nampak terengah-engah, ia memejamkan manik matanya saat menyadari luka yang menyayat perutnya, namun waktu untuk meratapi keadaan tidaklah banyak. Airlangga terkesiap saat sebuah tangan mengulur ke arahnya, membantu pemuda itu untuk kembali bangkit berdiri.

"Cepat pergi darisini," ucap Kirana. Airlangga menatap heran ke arah gadis yang kini sedang memapahnya untuk berlari dan bersembunyi, menaiki bukit dan melewati beberapa ilalang ilalang tinggi.

"Na, kenapa kembali?" tanya Airlangga dengan netra tajam yang memicing. Kirana nampak melirikkan manik matanya dan menghembuskan nafas kasar.

"Sudah saya bilang, saya tidak akan membiarkan kamu sendirian dan mati," jawabnya nampak acuh. Airlangga menggeram, ia benar benar tidak menyangka jika Kirana memang sekeras kepala itu. Kirana menoleh, menatap Airlangga lalu sejenak berhenti berjalan.

"Saya sedang tidak ingin mendengar omelan, lebih baik cepat jalan sebelum mereka menemukan kita disini," ucap Kirana. Ia kembali berjalan, memapah tubuh Airlangga, mencoba mencari tempat paling aman. Mereka berdua tahu jika saat ini mereka adalah sasaran empuk Alvin dan kelompoknya, untuk itu, bersembunyi adalah satu cara untuk mengulur waktu dan menyusun rencana.

"Yang lainnya sudah pergi?" tanya Airlangga. Kirana hanya berdehem, ia mengambil pisau lipatnya dan menebangi beberapa ranting yang sekiranya menutupi jalan dan langkah mereka. Tangan kirinya masih menggenggam tangan Airlangga. Pemuda itu menatap punggung Kirana yang sedang sibuk dihadapannya itu lalu mengulas senyum tipis.

"Terimakasih sudah kembali, Na.." ucap Airlangga. Kirana berhenti melangkah dan menatap Airlangga dengan sorot datar. Kirana menganggukkan kepalanya tipis. "Saya sudah sampaikan jika saya tidak akan pernah meninggalkan rekan di belakang. Tidak terkecuali kamu.." ucapnya. Kirana kembali berjalan, ia sengaja mencari ruang dan tempat di dataran yang lebih tinggi, menurutnya kelompok Alvin tidak akan mungkin mengejar mereka hingga ke tempatnya sekarang ini. Merasa sudah cukup jauh berlari dan melihat keadaan Airlangga yang nampak kepayahan, akhirnya Kirana pun memutuskan untuk berhenti.

"Sepertinya kita sudah cukup jauh. Sementara waktu kita beristirahat disini dulu," ucap Kirana seraya membantu Airlangga untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar. Airlangga nampak meringis kesakitan seraya membuka tangan kirinya yang sejak tadi menutupi luka tusuk yang barusaja ia terima tadi.

"Biarkan saya lihat, Mas.." pinta Kirana. Airlangga menganggukkan kepalanya. Dengan cekatan Kirana melepaskan bodyvest dan beberapa kancing pakaian Airlangga, namun sejenak Kirana menyadari satu hal dan tiba-tiba saja wajahnya memerah dan terasa panas. Aura canggung tiba-tiba saja menyelubungi mereka berdua.

"Saya harus lepaskan baju Mas.. tidak apa-apa kan?" Airlangga tidak menjawab, ia hanya menatap Kirana seraya menganggukkan kepalanya. Kirana dengan cekatan membuka pakaian dan kaos yang dikenakan oleh Airlangga sebelum akhirnya memberikan pertolongan pertama pada beberapa luka yang ada di tubuh Airlangga.

"Luka tusuknya dalam, sepertinya harus di operasi tapi tidak mungkin saya yang lakukan, saya hanya memberikan pertolongan saja agar tidak infeksi dan pendarahannya melebar," ucap Kirana usai memberikan pengobatannya. Airlangga mengangguk paham. Ia kembali mengenakan pakaiannya dibantu oleh Kirana dan tersenyum menatap Kirana yang duduk tepat di sampingnya.

"Na.."

"Hmm.."

"Lihat kedepan.. pemandangannya indah, bukan?" tanya Airlangga saat ia menatap lurus ke depan. Sebuah pemandangan malam yang begitu indah tersaji dihadapannya. Mereka kini berada di atas bukit, dari tempat mereka duduk, mereka dapat melihat lautan dan pulau yang berkilauan karena cahaya lampu di seberang sana.

Mission X √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang