"Katakan dimana berkas Proyek Miangas!" tegas Alvin Canavaro seraya mendekatkan wajah sangarnya pada Mutia. Ia juga tidak segan segan mencengkeram leher jenjang Mutia dengan tangan kekarnya.
"Jangan sentuh dia! Dia nggak akan ingat! Dia lupa ingatan!" teriak Chandra mencoba meronta dari kungkungan anak buah Alvin, Cairo.
Bugh!
Tangan kanan Cairo dengan leluasa memukul bagian perut Chandra hingga Chandra mengerang tertahan seraya membungkukkan tubuhnya. Cairo menarik rambut Chandra ke belakang membuat pemuda itu berdesis. Wajahnya sudah babak belur, sebelah matanya nampak lebam, di sudut pelipis kanan dan bibir kanannya mengeluarkan darah segar karena pukulan popor senjata dari anak buah Alvin.
"Aku tidak percaya jika anak ini hilang ingatan! Dia—bahkan sempat ikut andil dalam program reset Miangas, benar begitu?" ucap Alvin seraya memberikan seringai menyeramkan kea rah Mutia. Gadis itu hanya diam, menatap nanar dan tajam ke arah Alvin. Pria dengan luka gores dipipi itu lalu mengeluarkan pisau lipat dari saku belakang celananya dan menodongkannya pada Mutia. Menempelkan sedikit sudut tajam pisau itu di leher Mutia.
"Jadi tidak ingin buka suara? Kau lebih memilih mati rupanya.." ancam Alvin. Mutia nampak melirikkan tatapan tajamnya ke arah Alvin dan tersenyum meremehkan.
"Kamu dan profesormu itu tidak akan bisa mendapatkan berkas penting itu! Kalian semua akan mendekam dipenjara! Bukti kuat ada ditangan saya, kerjasama dengan antek antek asing untuk menghancurkan negeri ini! Licik!"
Plak!
Alvin tidak segan menampar pipi kiri Mutia dengan sangat keras, membuat gadis itu menoleh kekanan, meninggalkan setitik darah segar di ujung bibirnya.
"Saya tahu kamu licik, Mutia! Mana mungkin kamu akan menjebloskan Papa kamu sendiri!" ucap Alvin seraya tersenyum meremehkan. Mutia menatap tajam ke arah Alvin. "Jika memang ancaman saya tidak bisa membuat kamu membuka suara maka.." Tatapan tajam Alvin kini tertuju pada Chandra yang nampak bersimpuh tepat di samping Mutia. Alvin berjalan mendekati Chandra, memberikan tamparan keras beserta tiga kali pukulan di tubuh Chandra sebelum akhirnya menyeret pemuda itu keluar dari bangunan semi permanen itu, menyandingkannya bersama dengan keempat anggota Dream Team yang kini sedang mendapatkan makanan mereka berupa pukulan dan tendangan.
"Cukup! Bawa mereka kesini!" titah Alvin yang segera di sanggupi dan disahuti siap oleh anak buahnya. Alvin meminta anak buahnya itu untuk mengikat setiap orang satu per satu pada lima buah batang pohon. Alvin menyeringai saat melihat keempat anggota Dream Team nampak tidak berdaya karena dikeroyok oleh beberapa anak buahnya itu.
"Mereka ini.. sok sok an sekali ingin menangkap saya, memusnahkan Alvin Canavaro dan juga Profesor.. Sementara mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana.." ucap Alvin sebelum akhirnya terbahak di tempatnya. Ia lalu mengambil sebuah senjata api laras panjang, membersihkannya sejenak dan menodongkannya pada Chandra. Orang yang berdiri paling ujung dari barisan itu, Chandra terkesiap, begitu pula dengan ke empat anggota Dream Team.
"Pengecut!" desis Eagle.
Alvin menoleh, fokus tatapannya kini berubah ke arah Eagle yag sedang memandangnya dengan tatapan remeh. Alvin mendengus lalu memberikan seringai menyeramkan. Ia berjalan seraya menodongkan senjatanya tepat di jantung Eagle.
"Banyak bicara!" desisnya.
"Tembak saja! Saya memang dicetak untuk mati demi negara!" tegas Eagle. Alvin kembali memberikan seringainya, ia menatap remeh Eagle dan memberikan pukulan tepat di bagian perutnya dengan menggunakan popor senjata sebanyak lima kali pukulan.
"Heh, setan! Jangan berani kau pukul komandan kami!" teriak Sharktale.
"Babi! Kalau berani lepaskan saya! Kita gelud!" teriak Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission X √ TAMAT
AcciónTugas negara adalah sebuah kehormatan setiap prajurit, untuk itu tugas harus diselesaikan dengan baik, benar, sempurna, tanpa cacat. Tidak ada kata ragu saat langkah ini terus menapak maju, mengangkat senjata demi melindungi orang orang yang dicinta...