Cahaya masuk dari celah ventilasi kamar (Name). Sedikit demi sedikit mata (Name) terbuka sempurna.
Gadis itu segera bangun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Saat berkaca dapat dilihat wajah yang tetap pucat dan mata yang nampak mati.
(Name) menghela nafas, segera bersiap-siap untuk sekolah, memasukkan buku dan gambar semalam. Ingin mengirim ke Natsume sekarang tapi dia urungkan, takut mengganggu.
"Nanti sajalah, saat makan siang," Batin (Name) sejenak.
Selama perjalanan (Name) dapat melihat Ayakashi berlalu lalang, hidup berdampingan dengan manusia. (Name) pura-pura tidak melihat mereka. Berjalan dengan santai meski sesekali mencoba menghindar tanpa dicurigai.
Saat melewati tikungan, (Name) melihat seorang kakek tua yang hendak menyebrang jalan. Menggunakan kimono tua, dengan penutup kepala seperti caping. Melirik ke segala arah mencoba memastikan sesuatu.
"Dilihat dari mana pun kakek itu Youkai." Batin (Name) lelah, kemudian menghela nafas.
(Name) pura-pura tidak peduli, kembali melangkah menuju ke sekolah. Dia tidak seperti Natsume yang akan membantu siapapun itu, ayolah gadis ini bisa membedakan mana manusia mana yang bukan. Jika hanya satu.
Saat dirinya melangkah, tiba-tiba kakek tadi berada di punggung nya. Raut wajah (Name) tetap datar dengan sedikit aura tertekan. Mencoba untuk bersikap biasa, tetap pura-pura tidak melihat.
"Anak manusia, aku tahu kau bisa melihat kami," kakek itu berbisik membuat (Name) sedikit merinding.
"Pura-pura tak melihat pun akan percuma," Batin (Name) pasrah.
"Apa yang kakek inginkan?" (Name) ikut berbisik menjawab dengan tegas dan dingin.
Aura di sekitar mereka menjadi terasa berat. Beberapa orang yang melewati (Name) merasa merinding. Diantara mereka berdua terjadi keheningan sejenak.
"Anak manusia, kau sekolah di Karasuno kan?" Kakek itu bertanya memastikan.
(Name) hanya mengangguk kecil, mengiyakan.
"Bagus! Antar aku ke salah satu pohon disana!" Kakek itu berseru. (Name) sedikit terkejut dengan permintaan sesimpel itu.
"Setidaknya bukan permintaan yang merepotkan," (Name) menghela nafas lega.
(Name) berjalan mencoba untuk tidak membungkuk meski sedikit sulit. Berjalan dengan membawa Youkai dipunggung bukanlah sesuatu yang normal.
"Anak manusia, aura mu sepertinya tidak asing," Youkai kakek itu memecah keheningan. Membuat (Name) reflek berhenti. Kakek yang ada di punggung (Name) sedikit heran.
"Mungkin hanya perasaan mu saja," (Name) menjawab dengan nada datar. Mencoba agar suaranya tidak bergetar.
Lagi-lagi terjadi keheningan. Namun itu tak berselang lama. Saat memasuki gerbang Kakek itu menunjukkan arah pohon miliknya, (Name) hanya mengikuti tanpa merespon apapun.
Tibalah (Name) di sebuah pohon yang cukup rindang di dekat gedung kelas satu. Kakek itu segera turun dari punggung (Name) dan duduk di salah satu dahan.
"Arigatou, anak manusia. Suatu hari nanti akan ku balas kebaikan mu," ucap Kakek itu ramah.
"Tidak perlu," (Name) menjawab dengan dingin. Matanya melirik ke samping sejenak, melihat beberapa siswa berbisik kala melihat (Name).
"Begitu ya, siapa namamu nak?"
(Name) menyeringai tipis.
"(Name) ingatlah namaku!" (Name) mencoba berbicara sepelan mungkin agar tidak dikira aneh oleh siswa yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionHei... Bagaimana rasanya melihat sesuatu yang seharusnya tidak kau lihat? Dunia yang berbeda dengan dunia yang kau tinggali. Sebuah dimensi lain yang terpisah jauh. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat mereka. "TAKDIR SIALAN!!!!" "(Name)...