"(Name)-chan, tolong isikan botol ini dengan Hitoka-chan?" (Name) yang sedari tadi melihat pertandingan voli dan menganalisis youkai sedikit terkejut.
Buru-buru (Name) mengangguk dan mengambil belasan botol yang isinya hampir kosong. Yachi mendekati (Name) berniat untuk membantu, namun langsung ditolak oleh (Name).
"Kau lihat mereka saja Yachi, hitung-hitung untuk belajar."
(Name) segera pergi keluar membawa belasan botol sendirian hal itu membuat Takeda-sensei dan pelatih Ukai menatap tak percaya.
"Oi oi, Karasuno punya manager monster ya?" Tanya seseorang di sela-sela pertandingan setelah melihat (Name) membawa belasan botol keluar gymnasium.
"Mereka tidak tahu saat manager kami mengamuk," batin anak-anak gagak dan Yachi mendengar perkataan kapten Nekoma.
Sejak kejadian itu anggota Karasuno sepakat untuk tutup mulut. Mereka takut dengan dua orang misterius yang datang dan menghentikan (Name). Belum lagi mereka yang datang ke apartemen (Name) tahu siapa wali dan sahabat gadis itu.
***
Di sisi (Name), gadis itu tengah mengisi belasan botol dengan serius. Walaupun terkesan terpaksa masuk klub voli gadis itu memiliki sebuah prinsip yang ia pegang teguh sejak dulu.
"Jangan pernah melakukan sesuatu setengah-setengah jika sudah kau ucapkan."
(Name) diam-diam memasang pendengaran dan penglihatannya ke arah gymnasium yang tak jauh dari tempatnya. Tangannya bergerak sendiri seolah-olah sudah terbiasa.
Menatap ke sosok youkai yang terus menerus menyerap energi para pemain. Dalam hati (Name) menghembuskan napas lega karena Hinata belum datang. Jika sudah maka youkai itu akan menyerap habis energi kehidupan Hinata.
"Kita lihat berapa lama dia akan bertahan di sana," gumam (Name) sembari menarik ujung bibirnya membentuk seringai.
Buru-buru gadis itu kembali ke dalam gymnasium dan memberikan botol penuh diikuti Yachi yang memberikan handuk kepada para pemain.
"Sensei, apa dijadwal tidak ada istirahat?" Tanya (Name) blak-blakan kala para pemain kembali ke lapangan.
"Sebenarnya ada sih, hanya saja..." Jawaban Takeda-sensei menggantung sambil melihat para pemain yang masih semangat, mata mereka terlihat membara, seolah-olah mengejar sesuatu untuk menjadi lebih kuat.
(Name) paham akan hal itu, memang jika dilihat mereka masih terlihat bersemangat, namun sebenarnya tidak. Mereka semua bisa pingsan kapan pun. Mereka hanyalah manusia biasa, dan (Name) iri akan hal itu.
"Seperti apa rasanya berjuang tanpa lelah, tanpa memikirkan masa lalu dan masa depan? Terus menatap ke depan, memikirkan apa yang ada di depan mata," monolog (Name) dalam hati.
"Sensei, aku pergi sebentar!" Izin (Name) sembari berlari keluar gymnasium. Hal itu tentu lagi-lagi tak luput dari beberapa pasang mata di sana.
"Apa dia serius jadi manager?" Tanya pelatih Ukai sedikit khawatir.
Takeda-sensei, Kiyoko, dan Yachi yang mendengar itu reflek menoleh terkejut. Takeda-sensei tersenyum tipis kemudian menjawab dengan tatapan lembut ke arah lapangan.
"(Name)-san memang terkesan kaku dan tidak peduli, sorot matanya pun terkadang membuat orang takut. Tapi, dia peduli dengan rekannya. Buktinya dia mau membantu Nishinoya-kun, Tanaka-kun sehingga mereka bisa sampai sini. Hinata-kun dan Kageyama-kun juga tapi gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionHei... Bagaimana rasanya melihat sesuatu yang seharusnya tidak kau lihat? Dunia yang berbeda dengan dunia yang kau tinggali. Sebuah dimensi lain yang terpisah jauh. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat mereka. "TAKDIR SIALAN!!!!" "(Name)...