"Hebat! (Name) kau adalah satu-satunya muridku yang genius, bahkan Shirou tidak bisa menggunakan teknik itu hanya dalam dua hari!!"
"Anu, Hachiman-sama.... Sebenarnya wujud apa ini?" Tanya (Name) sedikit bingung dengan keadaannya sekarang. Apa yang terjadi dengan rambut dan pakaiannya?!
Hachiman sedikit menahan tawanya mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh (Name). Dia lupa untuk mengatakan semuanya pada anak itu, maaf saja dia sebenarnya pelupa apalagi untuk hal-hal sepele.
"Transformasi Phoenix, kau memiliki tiga Phoenix dalam dirimu. Dan kau sekarang sudah menguasai salah satu dari tiga burung itu."
(Name) terdiam, pikirannya kosong. Dia merasa bahwa telinga nya bermasalah. Berkali-kali gadis itu mengorek telinganya yang tidak gatal.
Apa? Tiga.... Phoenix?
"Hachiman-sama, Anda bercanda ya?"
"Eh? Aku belum bilang ya. Ahahahaha maafkan aku!"
(Name) menundukkan kepalanya, membuat Hachiman kebingungan dan menyentuh pundak muridnya. Tubuh (Name) bergetar, tangannya terkepal erat, samar-samar sang dewa perang itu mendengar (Name) menggumamamkan sesuatu.
"KENAPA ANDA TIDAK BILANG DARI AWAL?! DASAR DEWA PIKUN!!!" Teriak (Name) tak terima, dia bahkan sampai mencengkram kimono sang dewa.
"Kau bahkan tidak menyadari hal itu?!" Jawab Dewa Hachiman tak mau kalah.
Dengan perasaan yang masih kesal (Name) melepaskan cengkraman nya. Menatap tajam pada sang dewa yang terus terkekeh meratapi kebodohan nya.
(Name) melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap galak ke arah dewa perang. Membuat laki-laki itu ciut seketika, (Name) yang biasanya sudah cukup menakutkan ditambah dengan wujud baru nya ini membuat aura antagonis gadis itu bertambah.
"Aku ini Dewa tapi takut pada seorang gadis?! Mau ditaruh mana muka ku!" Batin Hachiman lelah.
"Baiklah, maafkan aku. Akan ku beritahu tapi setelah ini berjanjilah jangan mengutuk Shirou! Arwahnya bisa tidak tenang."
"Semuanya tergantung pada cerita Anda."
Seram.
"Ku tanya sekali lagi (Name), apa kau tidak sadar bahwa ada tiga Phoenix dalam dirimu?"
Kali ini (Name) benar-benar terdiam. Memutar kembali ingatannya, jika diingat-ingat lagi sifat Phoenix memang sering berubah-ubah. Awalnya ia pikir itu hanyalah perubahan mood yang ekstrim. Terkadang burung itu sangat peduli padanya, terkadang ketus, bahkan dengan baik hatinya memperlihatkan kepingan masa lalu.
Tunggu!
"Hachiman-sama, jangan bilang!!"
Hachiman mengangguk sebagai jawaban, "Benar, setiap Phoenix akan mati bersama wadahnya. Tapi, bagaimana jadinya jika wadahnya mati terlebih dahulu atau lebih tepatnya dipaksa untuk mati oleh sesuatu?"
"Phoenix akan mencari wadah baru," gumam (Name) menjawab pertanyaan sang dewa.
"Tepat! Setiap pemegang takdir Phoenix memiliki burungnya masing-masing. Jika pemilik sebelumnya mati maka Phoenix baru akan terlahir, tetapi untuk kasusmu sedikit berbeda. Apa kau bisa menebaknya, Phoenix milik siapa saja yang ada di dalam dirimu?"
"Yang jelas Phoenix milik kakek yang sering memberikanku kepingan ingatan, lalu Phoenix milik ku yang ku yakin bersifat kurang ajar, lalu yang satu milik siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionHei... Bagaimana rasanya melihat sesuatu yang seharusnya tidak kau lihat? Dunia yang berbeda dengan dunia yang kau tinggali. Sebuah dimensi lain yang terpisah jauh. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat mereka. "TAKDIR SIALAN!!!!" "(Name)...