38. URBAN LEGEND

395 75 5
                                    

"Haa~ padahal aku sudah capek-capek memakai tubuh Natsume. Bagaimana kau bisa tahu secepat itu?" Tanya Madara kesal.

(Name) menghela nafas kemudian menjawab tanpa ragu, "Karena Natsume yang ku kenal akan mendukung apapun yang ku lakukan. Meskipun itu berbahaya dia akan tetap mendukung ku."

"Pfft- lihat kan Madara? Aku yang menang dalam taruhan ini.

"Sialan kau!! Oy (Name), jangan menanggung semuanya sendiri! Katakan jika kau butuh bantuan," teriak Madara

"Selama aku belum mati lagi, berarti aku tidak butuh bantuan."

"BUKAN ITU YANG DIMAKSUD MADARA, (NAME)-DONO!!!" Teriak Misuzu menggemparkan seisi kelas.

"Hidup manusia sangatlah singkat, (Name). Ku mohon, jangan sia-sia kan batasan hidupmu!" Misuzu melanjutkan.

"Kau mengatakan tentang hidup dan mati manusia denganku, Misuzu-dono?"

(Name) berucap penuh penekanan. Gadis itu menatap mata Misuzu tanpa takut sedikit pun.

"Asal kau tahu, aku sudah tahu sedikit kebenarannya. Hidupku tidak akan berakhir secepat itu. Mungkin sampai akhir pun hanya tinggal aku yang tersisa."

"Sebaiknya kita bicarakan ini di tempat lain." (Name) menarik tangan kedua laki-laki yang sebenarnya youkai itu. Meminta maaf sebentar kepada guru kemudian keluar kelas mencari tempat yang aman. Satu-satunya tempat yang dapat ia pikirkan adalah ruang ganti manager. Sesampainya di sana (Name) tanpa ragu menyudutkan kedua youkai yang ditakuti oleh youkai-youkai kecil. Menatap nyalang layaknya sang burung yang mengincar mangsanya.

"Madara, Misuzu-dono apa kalian sadar apa yang kalian lakukan?"

"Tentu," jawab Madara yakin dengan raut menyebalkan menggunakan wajah Natsume. Hal itu membuat (Name) lagi-lagi naik pitam.

"Hoo~ kalau begitu katakan!"

"Membuat bocah yang terus mengganggumu tahu akibatnya."

"Menyadarkan orang lain dengan cara yang sama itu kekanakan Madara," jawab (Name) memasang wajah jijik.

Madara seketika pundung, membuat Misuzu terkekeh. Mata hijaunya kini menatap (Name) seolah meminta penjelasan. (Name) yang cukup peka akan hal itu segera menghela nafas, kemudian duduk di depan Madara dan Misuzu.

"Aku sudah tahu, bahwa Phoenix tidak akan melepaskan ku dalam waktu dekat. Setidaknya aku harus menunggu selama lima ratus tahun."

"HAH??!!!" Teriak Madara heboh.

"Bahkan aku sendiri tidak yakin apakah saat itu aku masih di dunia ini," ucap Misuzu syok.

"Itulah kenapa aku bilang mungkin hanya akulah yang akan bertahan sampai akhir. Karena dulu kakek juga mengalami hal yang sama. Belum lagi kenyataan bahwa kakek bukanlah kakek kandungku. Dia memanipulasi ingatan orang tuaku, menjadikan salah satu dari ayah dan ibu anaknya kemudian membuat mereka menikah dan lahirlah aku. Pemegang Phoenix yang sebenarnya."

"Tunggu, bukannya kau punya kakak? Kenapa bukan kakak mu yang menjadi pemegang Phoenix?" Tanya Madara sambil memegang dagunya.

"Entahlah. Tapi, jika ku ingat-ingat lagi kakek dan kakak jarang bersama. Kakak sibuk menghabiskan waktunya untuk voli."

Hening. Tidak ada satu pun yang berbicara. Misuzu dan Madara merasa bersalah, sedangkan (Name) mencoba berpikir langkah selanjutnya.

"Jika kalian sudah selesai maka menyerah dan kembalilah!" (Name) berdiri lalu hendak melenggangkan pergi. Namun suara Misuzu membuatnya terhenti.

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang