26. TAMU TAK TERDUGA

459 87 13
                                    

"Karena mereka teman?"

"Lebih dari yang kau kira, mereka berdua adalah manusia yang istimewa."

Sou terdiam. Menatap wajah tenang Nona nya yang tampak berbeda dari beberapa menit lalu.

"Hei Kitsune-kun, kenapa Nona tidak membalas perkataan manusia menyebalkan tadi dan malah menggila?"

Gin melirik sejenak, kemudian menatap ke depan.

"Manusia itu makhluk yang lemah, mau sekuat apapun mereka menerima keadaan akan tetap ada masa mereka tak kuat untuk menahannya. Begitu juga (Name)-sama, manusia tadi telah mengucapkan kata terlarang untuk (Name)-sama. Ditambah, (Name)-sama sudah berjanji kepada Natsume-sama."

"Bedebah sialan!" Geram Sou.

"Untuk sekarang, jangan sampai informasi ini bocor!" Titah Gin kepada Sou.

***

Mata (Name) terbuka, menangkap cahaya putih di sekelilingnya. Sejauh mata memandang hanya ada ruangan berwarna putih tanpa furniture apapun. Kosong sejauh mata memandang.

Dimana aku?

Selama (Name) berpikir tiba-tiba sebuah cahaya orange datang entah dari mana. Membentuk sebuah bayangan burung yang terlihat gagah. Burung itu mengeluarkan suara yang begitu nyaring.

"Phoenix? Apa aku lepas kendali lagi?"

Hening.

(Name) menatap langit-langit yang berwarna putih, pikirannya melayang kembali ke beberapa saat lalu. Ketika Tsukishima mengatakan hal-hal yang membuatnya lepas kendali.

"Phoenix, kapan kau akan melepaskan ku? Aku lelah dengan semua ini," tanya (Name) diselingi tawa hambar.

"Jika kau sudah tahu tugas mu, maka kau akan mengerti, Nak. Sama seperti Shirou dulu." Sebuah suara tiba-tiba terdengar lantang, menggema di seluruh penjuru ruangan.

(Name) langsung mengerti jika itu suara sang Phoenix langsung menatap mata burung ajaib itu.

"Lalu, kapan semua rahasia itu terbongkar?" Tanya (Name) lagi.

"Saat kau sudah bisa berdamai dengan masa lalu mu."

"Aku sudah berdamai sejak bertemu dengan Natsume."

"Belum. Jika kau sudah berdamai lantas apa yang membuatmu berada di sini?"

Skakmat.

(Name) kehabisan kata-kata, wajahnya menunduk kesal. Kemudian menatap nyalang sang Phoenix.

"Kalau begitu beritahu aku semuanya! Jangan menyuruhku memainkan peran detektif!"

"Tidak bisa, kau sendiri yang harus mencaritahu nya."

(Name) menghela napas, kemudian mengusap rambut nya frustasi.

"Kalau begitu, boleh aku bertanya?"

"Silahkan."

"Apa api biru itu milikmu?"

"Benar."

"Kakek yang memerintahkan mu?"

"Begitulah."

(Name) sedikit tertegun, kemudian tersenyum tipis.

"Begitu ya, terima kasih."

Cahaya orange menyelimuti sang Phoenix, burung legenda itu menghilang. Ruangan putih itu berganti menjadi langit biru sejauh mata memandang.

Di atas sana (Name) dapat melihat sang Phoenix terbang melingkar sambil mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang