20

1.6K 246 19
                                    

"Yara, tolong ambilkan kertas-kertas yang ada didalam laciku itu" [Name] meminta tolong kepada Yara.

Yara mengangguk mengerti, mengambil kumpulan surat dan meletakkan diatas meja. [Name] selama setengah hari hanya mengurung didalam kamar.

Walau sudah dipanggil oleh Claude, gadis itu membuat alasan. "Maaf banget ya, mendingan kau kerjain saja tugasmu sendiri dasar pak tua"

Tak

Secangkir teh diletakkan diatas meja, Yara tersenyum kecil melihat [name] yang dimana ia rawat dari kecil setelah kematian Diana ternyata sudah sebesar ini.

Itu membuatnya terharu tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Anda sudah besar yaa, tuan putri"

[Name] memghetikan aktifitas tangannya, menatap Yara lalu ikutan tersenyum. "Ini semua berkat Yara yang merawatku sepenuh hati"

Yara menatap [Name], kedua mata Yara terlihat sedikit gemetaran. Bibir Yara terangkat, meneteskan air mata. "Dasar, padahal aku belum menikah. Yara sudah menangis saja"

"Bukan masalah pernikahan, saya menangis karena seingat saya dulu anda selalu meledakkan ruang belajar sihir"

"Hei, soal itu tolong jangan diingatkan lagi" [Name] mengatakannya sambil berswedrop.

[Name] bangkit berdiri dan berjalan untuk memeluk Yara yang selalu merawatnya selama ini. Yara sudah dianggab sebagai ibu keduanya oleh [Name].

"Terima kasih untuk semuanya, Yara"

"Hiks..., terima kasih tuan putri"

[Name] sedikit melirik kearah Yara lalu memasang senyuman, kedua matanya perlahan tertutup.

Tok tok tok.

"Masuk"

Pintu terbuka menampakkan sosok Edrwan, begitu banyak gulungan yang ia bawa. "Edrwan? Tumben sekali kau datang"

"Haa?? Kau lupa lagi? Hari ini waktunya melakukan tes sihir!"

"Eh? Hari ini?"

Yara menghela nafas pelan "Benar tuan putri" [Name] menoleh kearah yara "Kalau begitu katakan dari awal dong"

Greb

"Ayo kita pergi" Edrwan memegang kepala [Name], kepalan tangan Edrwan begitu besar untuk kepala [Name] yang sangat kecil.

"Eh??"

WUSH

Mereka berdua sudah menghilang dari pandangan Yara, Yara membereskan cangkir teh lalu berjalan menuju dapur.

Langkah kaki gadis itu terhenti saat tidak sengaja bertemu dengan laki-laki bertudung hitam disela-sela tiang besar.

"Sudah saya lakukan"

"Kerja bagus"

———

WUSH

"Nah, cepat" Edrwan menarik kembali tangannya, [Name] menghela nafas lalu melangkah beberapa lebih depan.

Mengangkat kedua tangannya, menarik nafas dalam-dalam. Secara perlahan sihirnya muncul, rambut blonenya mulai terangkat.

CRAK

Sihirnya terbentuk menjadi lingkaran sempurna, gadis itu tersenyum dan memberikan hasilnya kepada Edrwan. Edrwan tersenyum bangga, menepuk pelan kepala muridnya.

Puk puk puk

"Kerja bagus"

"Hehehe, terima kasih"

"Sekarang coba ini" Edrwan memberikan kertas gulungan, [Name] mengambilnnya lalu membuka gulungan tersebut.

•DON'T TOUCH MY LITTLE SISTER• WMMAP//SIBAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang