25

1.4K 236 18
                                    

'Benar-benar sikopat! Sudah senang kalau beban yang kutampung kini lepas...eh nambah lagi'

[Name] sekarang sedang didalam ruang kerja Claude. Mengerjakan semua dokumen-dokumen kerajaan, dan sang pemilik ruangan sedang menghilang ntah kemana.

Memang benar mulai besok ruangan ini menjadi ruanganya, karena besok sudah hari penobatan. Gadis itu berpikir, kalau begitu bukankah diberikan waktu istirahat saja terlebih dahulu?

Benar-benar gila, tapi [Name] harus membereskannya supaya bisa bersantai setelah sekian lamanya. Ketukan pintu berbunyi, [Name] menjawabnya.

Pintu mulai terbuka, menampakkan sosok yara yang sedang membawa teh dan cemilan untuk [Name]. Yara tersenyum dan meletakkan cemilan diatas meja.

"Semangat mengerjakan tugas-tugas anda tuan putri...mulai besok anda sudah hari penobatan, saya senang"

[Name] mendongakkan kepalanya, menunjukkan senyuman manis kepada Yara. Gadis itu berdiri dan memeluk dayang kesayangannya, yang sudah merawatnya setelah kematian sang ibu.

"Terima kasih sudah merawat saya, Yara"

Yara tersenyum senang dengan kedua air mata ia tumpahkan. Tangan Yara terulur kedepan, berhenti tepat diatas teh lalu menuangkan sebuah bubuk didalamnya.

[Name] melepas pelukan mereka berdua. Kembali duduk ketempat kursi dan mengerjakan tugas-tugasnya sampai kelar tanpa menyadari kedatangan satu makhluk bagaikan setan.

"Fokus amat"

"...Lucas? Sejak kapan kau duduk disana?" [Name] bertanya kepada laki-laki yang duduk diatas sofa didalam kamar [Name]. Lucas hanya nyantai, namun matanya fokus kearah cangkir teh yang sudah diminum oleh [Name].

"Kau minum teh itu?" Lucas bertanya, tatapan penyihir itu mengarah kepada putri sulung Claude. [Name] hanya mengangguk dengan tangan yang masih bergerak tanpa adanya istirahat.

"Sudah pasti. Karena itu buatan Yara, aku mempercayainnya" [Name] mengatakannya sambil tersenyum, gerakan menulisnya terhenti dan mengangkat kepalanya untuk menatap sang penyihir.

"Lain kali hati-hati dengan kondisi sekitarmu, seperti yang kukatakan sebelumnya. Ada yang berniat untuk membunuhmu"

"Jangan khawatit, sebelum mereka menyentuhku. Aku akan mematahkan kedua tangannya terlebih dahulu" [Name] mengatakannya sambil tersenyum manis.

Tangan gadis berambut blone memijit keningnya. Lucas berdiri dari kursi lalu berubah menjadi wujud dewasannya. Berjalan menuju belakang kursi dan mulai memijit kepala [name].

"Wah, aku tak nyangka kau bisa memijit...btw enak" [Name] memuji dengan helaan nafas panjang. Lucas tersenyum kecil, yaa. Apa yang tidak ia lakukan buat orang tersayangnya.

"Kau waktu itu pernah datang disekitaran taman bukan? Memutar balik waktu, kan sudah kubilang jangan menggunakannya lagi"

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu..tunggu. dari mana kau tau?" [Name] bertanya tanpa menolehkan pandangannya, pijitan kepala selesai. Lucas sedikit memiringkan badanya untuk melihat [Name].

"Aku melihatmu"

[Name] menatap Lucas yang sudah berada disampingnya. Jarak pandangan mereka lumayan dekat, bahkan gadis itu dapat dengan jelas menatap kedua bola mata merah milik sang penyihir.

"Kau tau. Saat aku melihatmu, aku bingung. Kenapa kau muncul dalam keadaan dewasa, namun aku menemukan buktinya saat meanalisi sihirmu. Sihir waktu, kau terus menggunakannya tanpa menyadarinnya"

"Apa?"

Lucas menunduk, kedua tangan laki-laki itu terulur dan melepaskan kalung permata yang ia berikan sebelumnnya. "Kau lihat kalung ini"

•DON'T TOUCH MY LITTLE SISTER• WMMAP//SIBAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang