LIW | 19

76 9 8
                                    

Kamu akan menemukan rahasia besar lainnya di part ini. Dan maaf kalau ada salah-salah dalam penulisan pangkat dan sebagainya karena sesungguhnya aku juga masih belajar dari hasil riset pas-pasan di Google milik kita semua.

Vote dulu, yuk⭐

Happy reading!

***

Lama terdiam dalam lamunan, Maura segera tersadar dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor kontak yang sudah sangat ia kenal untuk dipanggilnya kemudian.

"Kak, kita harus ketemu," tukas Maura begitu saja saat panggilannya diangkat oleh orang di seberang sana; Joe.

"Hah? Kapan?"

"Hari ini juga. Kita harus bicara," jawab Maura yang enggan menunda-nunda urusannya dengan Joe yang ia pikir mendesak itu.

"Oke. Kita ketemuan di rumah?" Meski kebingungan, nyatanya Joe menyanggupi keinginan Maura juga. Seperti yang selalu ia usahakan selama ini.

"Nope. Ruko. Sore nanti. Sekalian balik bareng. Mobil aku mau dipinjam Kak Rama. Dia mau datang ke ruko siang ini," jelas Maura kemudian.

"Ngapain Rama minjem mobil kamu?"

"Mobil dia penyok, ga sengaja nabrak tiang lampu depan RS katanya. Jadi dibawa ke bengkel barusan, tapi dia butuh transportasi buat ngejar seminar di Surabaya. Jadi Kak Rama minta pinjem mobil aku dulu."

Dijelaskan begitu, membuat Joe tak lagi banyak bertanya. "Sebelum jam pulang, kakak udah ada di depan ruko kamu."

***

Devan menengadahkan kepala saat pundaknya ditepuk oleh seseorang yang ternyata rekan kerjanya; Ridwan dan dua orang rekan kerja lain yang berada dibalik punggung Ridwan.

"Makan, bro?" tawar Ridwan yang tak ditolak oleh Devan. Ditengoknya sekilas jarum jam di pergelangan kirinya yang menunjukkan waktu jam makan siang

Pekerjaan kasarnya tadi pagi nyatanya mampu membuat perutnya meronta lebih kencang dari biasanya.

"Boleh, deh! Mau pada makan dimana?"

"Rumah makan padang yang di depan enak, tuh!" balas salah satu rekannya yang lain, yang sayangnya tak bisa Devan ingat namanya.

Devan setuju. Sesampainya mereka di parkiran ruko, layaknya rutinitas, Devan melirik ke ruko di seberangnya dan mengernyitkan dahi. Ia sempat terdiam beberapa saat sebelum Ridwan menyadarkannya.

Dengan berat hati, Devan menyuruh ketiganya untuk pergi lebih dulu karena saat ini ia punya hal yang lebih mendesak daripada makan siang.

Saat motor ketiganya melesat keluar dari ruko kecil Maura, Devan melangkahkan kakinya penuh rasa percaya diri menuju seseorang yang ia kenal di seberang sana. Biarpun orang itu mencoba menutupi identitasnya, namun sebagai orang yang lebih ahli dalam hal penyamaran, Devan dapat mengetahui sosoknya dengan jelas.

"What's up, bro!" sapa Devan kemudian. Seketika, Joe dengan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya itu terdiam membatu.

"Plat nomor baru?" tanya Devan terdengar basa-basi sambil melirik ke arah mobil Fortuner berwarna hitam metalik yang terparkir di samping kanannya.

Lover In War | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang