Friendly reminder:
Don't forget to give lots of love and vote for this story ❤
***
Tempat yang disebut Geri sebelumnya adalah tippling house di pinggiran kota yang menjadi ladang informasi orang-orang seperti Devan dan Geri. Tidak selalu penegak hukum, tapi lebih tepatnya orang-orang yang membutuhkan informasi yang sifatnya paling rahasia. Sejauh yang ia tahu, ada seorang informan di sana yang sangat bisa diandalkan. Mereka terpercaya, independen dan berpengetahuan luas. Tidak ada satu kasus pun yang tidak mereka ketahui. Hanya saja, selalu ada harga yang harus dibayar untuk satu informasi. Dan itu tidaklah murah. Dan lagi bayaran mereka bukan harta belaka. Maka dari itu, meski mereka sangat berguna, Devan selalu berpikir dua kali untuk mengunjungi tempat itu.
Jadi tanpa membuang banyak waktu, Devan segera meluncur menuju bar kecil yang terlihat terasingkan dengan papan neon flex bertuliskan Somewhere Only We Know.
Ia memasuki tippling house itu dan segera melangkah mendekati salah seorang bartender dibalik meja bar. Devan mendekatkan diri pada sang bartender dan berbisik; menyebutkan kata kuncinya.
Tak lama, bartender itu memberi kode pada salah seorang temannya yang berdiri di dekat tangga untuk mendekat. Pria berbadan kekar itu berjalan mendekat dan menatap Devan lekat seolah meminta Devan untuk mengikutinya. Devan paham itu. Lagipula, ini bukan kali pertamanya berada di tempat ini.
Ia dibawa ke lantai atas. Menyusuri tangga yang sempit dan gelap. Di lantai atas, mereka hanya disinari cahaya dari lampu yang meremang. Devan merasa kesulitan melihat sekelilingnya, tapi ia tahu tidak ada orang lagi selain mereka berdua yang berada di lantai atas hingga dirinya dibawa masuk ke salah satu ruangan yang terletak di pojokan.
Ruangan itu terlalu gelap dan Devan hanya mampu mencium bau minuman keras yang sangat menyengat lewat indera penciumannya. Secara insting, kedua tangannya meraba-raba sekitar; mencari pegangan. Ia bisa sedikit bernapas lega saat dapat menjadikan tembok dingin di sampingnya sebagai pegangan.
Pria kekar yang menjadi pemandunya itu mengetuk meja sekali, mencondongkan badannya melewati meja—mendekat ke arah sang informan sambil berbisik pelan dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Devan bersama sang informan di dalam ruangan.
Seperti yang Devan ingat terakhir kali saat ia mengunjungi tempat ini, informan itu masih terlihat sama. Misterius. Ia tak pernah menyalakan lampu di ruangannya dan wajahnya tertutup topi sombrero. Hanya sinar rembulan yang menjadi satu-satunya sumber pencahayaan di sana, jika kamu sedikit beruntung. Karena jika hujan tiba, ruangan ini akan benar-benar gelap. Sekilas, Devan dapat menangkap siluet berbentuk tongkat jalan yang menggantung di mejanya.
"Teman kecil kita, Espacio, kembali setelah sekian lama," ucap sang informan itu membuka percakapan. Suaranya terdengar persis seperti yang Devan ingat. Suara bass-nya; suara berat yang rendah itu masih terdengar sama di telinganya.
Espacio adalah panggilannya untuk Devan. Lebih tepatnya, nama samaran. Diambil dari kata Dirgantara yang melekat pada namanya yang kemudian diubah menjadi bahasa Spanyol. Devan tak pernah tahu identitas sang informan, pun yang lainnya. Devan hanya tahu bahwa sang informan sedikit tergila-gila dengan Meksiko dan hal-hal remeh lainnya yang berkaitan dengan negara di Amerika Utara itu lewat penampilan dan kebiasaannya.
"Lama tidak berjumpa, Señor," balas Devan kemudian. Ia membalasnya dengan sebutan tuan yang tentu saja diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol.
"Informasi apa yang ingin kamu ketahui, mi niño?" tanyanya lagi. Panggilan mi niño itu merujuk pada Devan, atau pada semua orang yang memerlukan bantuannya. Ia selalu menganggap dirinya tuan dan kami—orang-orang yang perlu bantuannya—adalah anaknya, meski dalam konotasi yang sedikit berbeda dari yang orang lain pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover In War | ✔
Literatura Feminina[ Seri ketiga dari Marriage In Rush ] 𝐜𝐡𝐢𝐜𝐤𝐥𝐢𝐭 - 𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 - 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐚 𝐬𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐥𝐲 𝐚𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 *** Menjadi owner online shop produk kecantikan bukanlah pekerjaan yang mudah. Dan mencari pasangan untuk diajak menikah juga hal yan...