AME 🎐 15

652 79 4
                                    

"Tidak apa. Aku bisa."

- Ame -

.
.
.
.
.

Hari masih pagi. Mungkin jika aku masih di sekolah sekarang, pelajaran pertama pasti sudah selesai. Aku akhirnya sampai dirumah yang untung saja Mama belum datang. Aku menghela nafas lega setelah turun dari sepeda.

Di sampingku Ezra masih mengatur nafasnya dengan keringat yang lumayan banyak membanjiri wajahnya. Satu yang aku pertanyakan.

"Kenapa gak pake motor aja?" gumamku pelan pada diri sendiri.

Sepertinya Ezra mendengar gumamanku, dia berucap menjawab pertanyaanku, "Buru-buru. Gue asal ngambil sepeda orang setelah manjat dinding tadi."

Aku melotot tidak percaya, baru saja aku ingin membuka mulut, Ezra langsung memotongnya dengan cepat.

"Tenang. Sepedanya gue beli."

Aku yang mendengar penuturannya hanya bisa menghela nafas, tak habis pikir.

"Lagian kenapa kamu bolos juga? Kamu masih menyandang status murid baru, harusnya jangan nyari masalah di sekolah!"

"Kalo gue bukan lagi murid baru berarti boleh dong nyari masalah?" tanyanya sambil tersenyum menyebalkan.

Aku terdiam. Aku salah bicara. Seharusnya aku tidak peduli pada sikap dan tindakannya itu. Sekarang lihatlah, malah aku yang terjebak ucapanku sendiri.

"Terserah. Aku gak peduli." ucapku sinis kemudian berlalu pergi menuju rumah.

"Makasih. Sama-sama" ejek Ezra ketika aku sibuk membuka pintu.

Aku meliriknya sekilas dengan kesal, "Makasih" ucapku pendek.

"Sama-sama manis" godanya.

Telingaku rasanya gatal mendengar ucapannya. Aku masih heran kenapa sikap dia berubah drastis. Kemana sikap datar dan pelit bicaranya itu. Mana mungkin orang dingin seperti dia bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.

Aku bergidik pelan, "Kesambet!" ucapku yang langsung dihadiahi kekehan kecil darinya. Tuh kan benar, dia kerasukan!

Aku melenggang masuk, dibelakangku Ezra mengikuti. Aku berdecak kesal menatap makhluk tidak tahu diri ini yang sudah duduk di sofa depan tv dengan tenang.

"Ngapain masuk?! Sana pulang, balik ke sekolah!" seruku.

Ezra menatapku jengah, "Lo gak tahu terima kasih ya. Gue cape bonceng lo. Bukannya dikasih minum malah diusir gitu aja."

"Tadi kan aku udah bilang makasih. Beres kan? Jadi sana pulang, aku sibuk." usirku lagi lalu menaiki tangga dengan cepat menuju kamar.

"Bener-bener cewek gak tahu terima kasih"

Setelah masuk kamar aku dihadiahi pemandangan yang lucu. Ketiga kucing kecilku, ah ralat, maksudnya keempat kucing kecilku sedang tidur saling menggulung satu sama lain. Lucu sekali.

Dengan jahil aku menusuk-nusuk perut bulat mereka, digelitikinya, lalu ditariknya kaki mereka pelan. Tidurnya terganggu sehingga mereka terbangun, tubuhnya menggeliat dengan mata yang mengerjap lucu. Ahh gemessssss(≧∇≦)

Setelah bermain sebentar lalu memberi keempat kucing kecilku makan, aku pun mulai berganti pakaian. Setelah selesai dengan cepat aku menuruni tangga yang diikuti lompatan dan larian kecil keempat teman kecilku.

Kakiku berhenti ketika ujung mataku melihat Ezra yang masih duduk di sofa, kini dia ditemani tv yang menyala dan oreo ice cream. Tunggu, oreo ice cream!!!

A M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang