AME 🎐 28

351 49 4
                                    

Happy reading!!
.
.
.

"Mungkin dengan begini aku punya harapan untuk bisa mendekat lagi pada Mama."

- Ame -





Memasuki hari-hari selepas ulangan, membuat semua jam pelajaran kosong dan semua kelas free class. Semua murid sekolah dibebaskan untuk beraktivitas selama berada dilingkungan sekolah, tapi tetap harus menjaga sikap dan tata tertib sekolah.

Hanya di hari-hari seperti inilah yang membuatku merasa bahagia, karena aku bisa bebas tidur dan bolos sepuasnya. Hari ini aku hanya akan berada dikelas untuk tidur. Kemarin malam aku begadang untuk bermain game dan menamatkan serial komik terbaruku.

Untungnya kelas sedang sepi karena sebagian orang lebih memilih nongkrong dikantin, bagi murid perempuan mungkin ini hal yang bagus karena mereka bisa sesekali cuci mata sebab ada beberapa cowok yang sedang bermain basket.

Baru saja aku akan menelungkupkan wajahku dilipatan tangan, seseorang memanggilku.

"Disini ada yang namanya Ame? Kalo ada disuruh ke ruangan pak Bram sekarang." ucap seorang gadis yang tidak aku kenal.

Aku yang tadinya ingin tidur pun terpaksa harus menundanya. Segera setelah gadis itu pergi aku pun melangkah keluar menuju ruangan pak Bram. Sebenarnya aku heran, kenapa pak Bram memanggilku, padahal seingatku belakangan ini aku tidak membuat masalah apapun, ulangan pun aku yakin menjawab dengan serius dan teliti. Lalu kenapa pak Bram memanggilku?

Akhirnya aku tiba didepan ruang guru, segera aku mengetuk pintu dan langsung mendapat jawaban agar aku langsung masuk saja.

Aku membuka pintu perlahan lalu menatap meja pak Bram untuk memastikan bahwa beliau ada disana. Dan ya, pak Bram ada dimejanya tengah memeriksa beberapa lembar jawaban ulangan kemarin.

Aku pun melangkah mendekati mejanya, "Maaf, ada apa ya pak?" tanyaku.

Demi mendengar suaraku pak Bram langsung menoleh, "Ah kamu sudah disini," ucapnya, "Duduk dulu Ame." lanjutnya lagi mempersilahkanku untuk duduk dikursi kosong didepannya.

Aku pun langsung duduk. Setelah aku duduk pak Bram memilah lembar jawaban didepannya seolah mencari sesuatu. Ternyata pak Bram mencari lembar jawabanku jika dilihat setelah mendapat lembar jawabanku beliau langsung memfokuskan dirinya padaku.

Pak Bram membuka kaca matanya lalu menatapku, "Ame" panggilnya.

"Iya pak?" jawabku.

"Kenapa di semua lembar jawaban kamu tidak mencantumkan nama lengkapmu?" tanyanya.

Aku yang tadinya tegang seketika langsung rileks, ternyata masalah nama toh.

"Lagi males nulis panjang pak" jawabku asal.

"Tapi ini lembar jawaban Ame! Kamu gak bisa asal-asalan atau beralasan seperti itu!"

"Maaf pak"

"Cepat ganti sekarang, bapak akan awasi kamu!" suruhnya.

"Gak mau pak!" tolakku, "Lagian pak yang punya nama Ame cuman saya doang, kan? Jadi gak bakal ngaruh kalau saya ganti atau pun nggak."

"AME! BERANI KAMU NGELAWAN BAPAK?!" teriaknya saat mendengar bantahanku.

Aku meringis kecil karena telingaku berdengung mendengar teriakan pak Bram.

"Bukan ngelawan pak, saya cuman ngasih tau aja. Dari pada bapak cape-cape ngadepin saya yang keras kepala dan bandel ini, lebih baik gak usah diganti aja. Lagian gak bakal ngaruh sama nilai ulangan saya kan, pak?" ucapku pelan-pelan, mencoba meluruskan maksud baikku.

A M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang