Happy reading!!
.
.
."I'm fine."
- Ame -
•
•
•
•
•Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian tempo lalu, dimana aku memutus pertemanan dengan Kanya. Kehidupanku tidak banyak berubah, masih diisi dengan kesendirian. Apalagi setelah tidak ada Kanya di sekitarku. Ya, selama satu bulan ini baik aku maupun Kanya kami sama-sama menghindar satu sama lain, bahkan Kanya pindah tempat duduk, yang dulunya tepat didepanku kini duduk dibarisan paling depan.
Begitu juga dengan Ezra. Sekarang dia kembali pada sifatnya yang dulu, dingin, irit bicara, dan mukanya yang selalu datar. Tidak ada lagi senyum jahil yang dia tunjukkan padaku, tidak ada lagi Ezra yang ngotot ikut bolos bersamaku, tidak ada lagi Ezra yang suka mencuri oreo kesukaanku. Selama satu bulan ini kehidupanku kembali seperti semula. Monoton.
Dan Ettan, kini dia kembali menjadi Ettan yang dulu. Ramah pada setiap orang, dan menjadi sosok pelindung bagi kak Friya. Hubungan mereka kembali membaik, meski begitu ada satu orang yang terluka, dimana cintanya kembali ditolak. Ya, dia Ezra. Itu juga menjadi alasan mengapa dia kembali pada sifatnya dulu.
Semuanya baik-baik saja, setidaknya itu yang aku sugestikan pada diri sendiri. Walau demikian, hubungan aku dengan Mama tidak pernah baik-baik saja, malah kita semakin menjauh, dan semua itu karena tipu muslihat Yuki. Dia menepati janjinya untuk membuat diriku merasa hidup sendirian di dunia ini.
Jika bicara tentang Yuki, dia yang sudah satu bulan terakhir ini menjadi teman sekelasku langsung mendapat banyak teman, banyak orang yang menyukainya. Sekarang dia adalah primadona diangkatanku.
Berbanding terbalik denganku. Masalah yang pernah menggegerkan sekolah karena aku dekat dengan Ezra dan dituduh menjadi orang ketiga dalam hubungan Ettan dan kak Friya lenyap seketika. Maksudnya adalah kedatangan Yuki membuat topik tentangku perlahan-lahan terlupakan, dan orang-orang melupakan masalah itu seolah tidak pernah terjadi. Apalagi setelahnya hubungan Ettan dan kak Friya kembali membaik. Setidaknya aku bersyukur akan hal itu, karenanya aku tidak lagi menjadi sorotan.
Ada banyak hal yang aku lalui selama satu bulan itu, memang sulit melaluinya, apalagi ketika aku sudah terbiasa akan kehadiran teman dan keusilan seseorang yang tanpa aku sadari telah menempati ruang kosong dalam hatiku. Sekali lagi aku katakan, aku baik-baik saja. Terlepas dari semua masalah yang ada, aku hanya bisa mengikuti kemana alur takdir membawaku.
Karena semua masalah-masalah itu waktu berjalan begitu cepat, bahkan sekarang ini aku tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian kenaikan kelas. Selama persiapan itu aku tidak lagi banyak membuat masalah bagi pak Bram atau pun bu Farah, awalnya pak Bram heran mengapa aku berubah menjadi anak yang baik, tapi hal itu tidak dia hiraukan terlalu lama, karena melihat perkembanganku selama pembelajaran yang jauh lebih baik dari sebelumnya membuat pak Bram merasa bersyukur akan perubahanku, begitu pun dengan bu Farah.
Seperti sekarang ini, aku tengah memerhatikan pak Bram yang membahas tentang kisi-kisi ujian yang kemungkinan akan keluar dalam soal senin depan nanti.
"Ada pertanyaan?" tanya pak Bram setelah selesai menjelaskan.
Kelas hening, aku melihat satu dua orang saling melirik bertanya apa ada pertanyaan atau tidak. Karena tidak ada yang bertanya pak Bram menyudahi kelas hari ini.
"Baik, kalo tidak ada pertanyaan bapak cukupkan pembahasan hari ini." ucapnya sambil membereskan beberapa buku dimejanya.
"Ingat! Setelah ini langsung pulang, jangan keluyuran apalagi bohong ke orangtua ada ekstrakurikuler ehh tau-taunya malah nongkrong! Bapak umumkan lagi, ekstrakurikuler sementara diberhentikan mulai hari ini dan selama ujian berlangsung!" lanjutnya lagi sambil menenteng buku lalu berdiri didepan kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
A M E
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Aku tidaklah istimewa. Masih sama seperti manusia pada umumnya, butuh makan, mandi, dan tidur. Meski tidur yang ku sebutkan terlalu berlebihan. Yahh, aku memang suka tidur. Ame. Namaku Ame. Hanya Ame, mungkin. Peranku...