AME 🎐 17

576 78 8
                                    

"Menutup mata hanya untuk rasa sesaat yang tak berarti adalah sikap kamu yang baru aku ketahui."

- Friya Asyifa -

.
.
.
.
.

Rasa kantuk itu kini hilang tergantikan perasaan cemas yang mulai melanda. Lihatlah, sekarang aku berada diruangan Komite Kedisiplinan. Kalian pun pasti bisa menebak sekarang aku tengah menghadap siapa.

"Ada pembelaan?" tanya Ettan setelah lama bersedekap sambil menatapku tajam.

Aku mengangguk, kemudian dengan berani menatap Ettan.

"Sebenarnya aku yang bolos, bukan Ezra yang ajak. Pernyataan kak Ettan tadi sepenuhnya salah. Pelanggaran kemarin murni kesalahan aku, kak."

Hal yang patut aku syukuri adalah aku tidak sendirian berada diruangan ini, ada Ezra bersamaku.

Ettan mendengus mendengar perkataanku, "Alasan"

"Tapi itu--"

"Enak ya berlindung di punggung cewek, dasar banci!" ucap Ettan memotong perkataanku. Matanya menatap sosok disebelahku dengan tatapan meremehkan.

"Maksud lo apa?" desis Ezra tidak terima.

Dengan santai Ettan mengangkat bahunya, "Sesederhana omongan gue. Lo gak mungkin bego kan?"

Tangan Ezra mengepal erat, rahangnya mengeras menahan emosi. Aku menelan ludah mendapati dua orang yang sedang perang dingin ini. Entah apa masalah mereka, setiap bertemu pasti saling menebar permusuhan.

Aku menarik ujung lengan seragam Ezra, berbisik pelan padanya, "Udah jangan emosi, nanti hukumannya ditambah."

Dia melirik padaku kemudian bergumam pelan, "Siapa juga yang takut dihukum."

Aku yang memang duduk disampingnya mendengar gumaman Ezra hanya bisa menghela nafas pelan, kemudian beralih menatap Ettan.

"Jadi hukumannya apa kak?" tanyaku cepat, aku hanya ingin segera menyelesaikan masalah dan cepat keluar dari ruangan ini.

Ettan tersenyum menatapku, "Mau gak jalan sama gue?" tanyanya santai.

Aku mengerutkan dahi, "Maaf kak, tapi itu bukan hukumannya kan?" tanyaku sangsi.

"Anggap aja sebagai hukuman."

"Gak bisa!!" sentak Ezra sambil menggebrak meja membuatku terkejut.

"Apa urusannya sama lo?" sinis Ettan.

"Jelas lah urusan gue! Ame itu temen gue!"

"Cuma temen kan, bukan pacar? Jadi sah-sah aja kalo gue mau ajak temen lo jalan."

"Tapi bukannya lo udah punya pacar ya? Emang boleh ajak cewek lain jalan tanpa sepengetahuan pacar lo itu?"

"Itu urusan gue, bukan lo!"

"Jadi lo punya niat buat selingkuh dari Friya dan jadiin Ame sebagai simpanan lo?!"

Ettan diam, kemudian melirikku yang sedari tadi menyimak pertengkaran mereka.

"Gue gak ada niat kayak gitu." ujar Ettan pada akhirnya.

Ezra mendecakkan lidahnya kemudian mendengus, "Terus lo mau mainin perasaan Ame gitu? Dasar cowok brengsek!"

Kini gantian Ettan yang menggebrak meja, dia menggeram kesal, "Gue cuman ajak dia jalan, jadi kenapa lo yang ribet hah?!"

"Karena niat lo busuk!!"

A M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang