AME 🎐 05

1.2K 141 5
                                    

Beberapa hari telah berlalu semenjak aku dan Kanya mulai berteman. Dalam kurun waktu yang dekat, akhirnya aku bisa lebih bebas berbicara dengan Kanya. Entah ini memang bakat terpendam Kanya yang menarik perhatian karena banyak bicara, atau aku yang mulai membuka diri. Yang terpenting sekarang aku sangat bersyukur memiliki teman akrab sepertinya.

Pagi menjemput. Hari ini entah kenapa semua hal yang aku lihat terlihat berbeda. Semuanya terlihat indah mungkin? Ah bukan indah, mungkin bisa dibilang nyaman. Ya, amat sangat nyaman hingga membuatku bisa bernafas lega. Rasanya kini dunia tengah memberiku ruang, hangat dan luas.

Aku berpikir mungkin ini karena eksistensi-nya Kanya dalam keseharianku. Hahaha konyol bukan? Jika memang iya, aku merasa lega karena kini aku bisa berdiri sambil menatap ke depan meski bayang-bayang masa lalu terus menghantuiku.

"Ame, udah sarapan belum?" tanya Kanya yang duduk terbalik didepanku. Sekarang dia duduk disana, dan berganti tempat dengan yang lain.

"Hmm udah" jawabku pendek tanpa mengalihkan tatapanku dari komik yang sedang aku baca.

Kanya mendengus sambil menelungkupkan kepalanya dimeja, "Yahh gue belum sarapan Me. Gimana dong?" ujarnya lesu.

Aku mendongak, menatap wajah cemberut Kanya yang membuatku terkekeh geli melihat sikapnya itu, "Tinggal makan lah"

Kanya menatapku kesal kemudian mendengus, "Lo tuh gak peka banget yah jadi orang. Tau nya cuman bikin kesel orang aja"

Aku mengerutkan kening, "Maksudnya?" tanyaku tidak mengerti.

Kanya berdecak, "Temenin gue ke kantin lah. Masa gitu aja lo gak tau"

"Maaf. Lagian aku beneran gak paham," jawabku acuh tak acuh.

Kanya hanya cemberut, tidak menanggapi ucapanku. Aku melirik nya kembali, kemudian menghela nafas pelan. Meski aku tidak mau berada dikantin karena pasti banyak orang disana, aku akan mengalah untuk kali ini. Kasian juga kan Kanya, apalagi jam pertama ada ulangan sejarah.

Aku berdiri disamping Kanya, menepuk kepala Kanya pelan, "Yuk ke kantin. Aku temenin" ucapku sambil tersenyum.

Kanya menoleh dengan mata berbinar, "Beneran?" tanyanya. Aku hanya mengangguk saja membenarkan.

Kanya berdiri kemudian menarik cepat tanganku, tubuhku yang kecil seperti terseret karena tarikan itu. Oh ayolah, apakah semua manusia jika lapar selalu punya tenaga banyak seperti Kanya?

Sesaat kemudian kami tiba di kantin. Dan bravo! Seperti yang aku bilang tadi, meskipun masih pagi tapi kantin tetap menjadi tempat pelabuhan pertama bagi semua siswa SMA Reka Karya.

Aku memilih duduk dibangku paling ujung dibelakang sana, dimana aku bisa menatap sekitar dengan leluasa sepuasku. Sedangkan Kanya meninggalkannya begitu saja sesaat setelah memasuki kantin. Hmm seperti pepatah "Habis manis sepah dibuang".

Aku menyesal tidak membawa komik atau ponsel, karena sekarang aku terjebak dalam situasi yang sangat membosankan. Tapi tidak apa, masih ada yang bisa aku lakukan. Aku memilih menopang dagu, menoleh ke samping kanan dimana lapang outdoor berada, kemudian hanyut dalam lamunan.

"Yey akhirnya bisa makan juga!" seru Kanya tiba-tiba dihadapanku. Aku tersentak pelan, mendengus menatap Kanya dengan mulut penuhnya.

A M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang