AME 🎐 11

871 100 6
                                    

"Kamu adalah sebagian perwujudan nyata dari tokoh novel yang sering aku baca"

- Ame -

Hening mengisi suasana diantara aku dan Ezra. Aku yang masih dengan ketakutan dan kepanikanku sendiri, dan Ezra dengan pikirannya yang entah apa. Koridor sekolah sangat sepi, semua murid kini tengah belajar dikelasnya masing-masing. Ezra berhenti tepat dipintu UKS, aku yang mengekor dari belakang ikut menghentikan langkahku.

Ezra membuka pintu, kemudian kembali melangkah masuk yang masih aku ekori. Ruangan yang cukup luas itu sangat nyaman dengan beberapa bangku yang berjejer didekat pintu dan beberapa brankar berjejer rapi saling berhadapan.

"Masuk" suruh Ezra.

Aku menganggukkan kepalaku, menurut. Kemudian memasuki toilet diruangan itu. Untung saja di UKS selalu tersedia keperluan khusus perempuan dan beberapa seragam ganti yang nanti bisa dikembalikan lagi.

Beberapa saat kemudian aku selesai membersihkan diri dan berganti dengan rok seragam yang baru. Saat aku membuka pintu toilet, aku terkejut melihat Ezra masih disini, duduk disalah satu bangku dekat pintu. Aku menghampiri Ezra kemudian duduk agak jauh darinya, mengambil tasku kemudian memasukkan kantong plastik berisi seragam kotorku.

Ezra berdiri didepanku, "Balik ke kelas" ujarnya menungguku untuk berdiri.

Aku berdiri dengan kepala menunduk dan mengikuti langkah Ezra. Aku tidak berani mendongak, apalagi dengan wajah yang pasti sangat tidak enak dilihat. Bukan hanya itu alasannya, aku masih harus menenangkan hatiku dari semua situasi tadi. Kepalaku pening ketika kejadian itu terlintas kembali dipikiranku.

Perasaan itu menyelusup kembali. Panik, gelisah, dan takut terus membayangi hati tiada henti. Bagai kaset yang rusak, ingatan masa lalu tiba-tiba terlintas dengan cepat membuat mataku kembali berkaca-kaca. Aku meremas-remas jemariku yang sudah dingin dan bergetar hebat, tremor. Kakiku terasa lemas untuk dilangkahkan, mataku buram karena air mata yang siap tumpah kembali.

Aku berhenti melangkah, "Hiks...aku mau pulang," isakku dengan tangan gemetar menghapus air mata yang kembali turun.

"Mama...." lirihku.

"Mama...j-jemput Ame" lanjutku sebelum kesadaranku benar-benar menghilang.

🎐🎐🎐

Aku mengerjapkan mataku perlahan, tiba-tiba pening menghantam kepalaku. Meringis, rasanya kepalaku berat dan terombang-ambing membuat mataku susah fokus. Aku pejamkan mataku, beberapa saat kemudian pening itu mulai mereda. Aku menghela nafas pelan, membuka mata dan mendapati Ezra yang tengah menunduk membaca buku, entah buku apa.

Aku diam memperhatikannya. Poni rambut Ezra menjuntai menyentuh kening membuat mata lelaki itu sedikit terhalangi. Seketika pikiranku melambung membayangkan netra hitamnya yang pernah aku lihat begitu dekat. Bulu matanya tebal dengan alis sehitam arang, matanya menyorot datar tanpa ada ekspresi apapun seperti wajahnya. Ezra adalah sebagian perwujudan nyata dari tokoh novel yang sering aku baca.

"Puas?" pertanyaan datar itu membuat aku tersadar bahwa sedari tadi tengah memperhatikannya.

Aku membuang muka ketika mata Ezra menatapku, "Gak ngerti" jawabku pendek.

Ezra bangun kemudian sedikit menundukkan kepalanya, aku tidak berani menoleh barang sedikit pun. Bisa aku rasakan, nafas Ezra menyentuh sisi wajahku.

"Puas liatin gue?" bisiknya dingin. Kemudian Ezra kembali ke tempat duduknya dan lanjut membaca.

Aku mendengus kesal setelah berhasil bernafas lega. Aku tolehkan kepalaku untuk menatap Ezra dengan berang, "Ngapain kamu disini?" tanyaku sinis.

A M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang